SuaraJawaTengah.id - Senyum ramah dari raut wajah Puspita Lia Safitri, Siswi Madrasah Tsanawiyah Pakis di Desa Gununglurah, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas terpancar menyambut kedatangan pengurus sekaligus kepala sekolah.
Siswi Kelas IX ini datang pagi buta dari kediamannya yang berjarak dua kilometer dengan melintasi beberapa bukit, namun tak sedikit pun merasa kelelahan.
Mungkin akan terasa wajar bagi siswi berusia 13 tahun ini, lantaran pada bulan ini sudah genap tiga tahun dia belajar di sekolah ini.
"Biasanya saya berangkat pukul 05.30 WIB pagi dari rumah. Tapi bareng sama teman-teman jadi tidak terasa capek," kata Lia yang rumahnya terletak di Grumbul Karanggondang, Desa Sambirata, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, Sabtu (15/8/2020).
Menurutnya, jika ditempuh dengan jalan santai membutuhkan waktu satu jam, atau jika ia mempercepat langkah kakinya bisa memangkas waktu sampai setengah jam.
Itupun dengan catatan tak ada hujan. Karena jika turun hujan, jalannya menjadi licin. Namun tak menyurutkan semangatnya dalam menuntut ilmu.
"Pernah jatuh waktu pulang sekolah. Karena jalannya licin kan, terus kebetulan saya tidak bawa payung, takut buku pelajarannya basah jadi terburu-buru," ujar Lia dengan tersenyum.
Namun beberapa bulan terakhir langkahnya kian berat, tak hanya wajib membawa buku pelajaran. Peraturan pemerintah yang melarang kegiatan belajar mengajar tatap muka, mau tak mau membuat pelajar menggunakan gawainya untuk proses belajar.
Baca Juga: Kompaknya Bikin Ngakak, Ibu Diam-Diam Bantu Anak Beri Jawaban Saat PJJ
Ia bersama teman-temannya yang memiliki keterbatasan biaya pun harus rela merogoh kocek lebih dalam untuk membeli kuota internet.
palagi dengan uang sakunya yang hanya dijatah Rp 5 ribu per hari oleh bapaknya yang berprofesi sebagai pencari getah pinus di hutan.
"Saya punya gawai sendiri, tapi untuk membeli kuota itu tidak murah. Apalagi di sini memang sinyalnya sangat susah sekali. Ada sesekali, hilang-hilangan," kata Lia yang menyukai pelajaran bahasa inggris.
Kesabarannya dalam menempuh proses pendidikan tak diragukan lagi. Terbukti saat ujian kenaikan kelas yang juga dilakukan secara daring pada beberapa bulan lalu, ia harus naik bukit untuk mencari sinyal dengan lancar.
"Ya gimana lagi, di sini ada sinyal tapi sering banget hilangnya. Jadi semua siswa harus naik ke atas bukit biar lancar ujiannya," ungkap Lia yang bercita-cita menjadi Polisi Wanita.
Senada dengan Lia, Reza Ramadani (12), siswa kelas 8 MTS setempat mengatakan jika ia juga harus mengalami hal yang sama.
Berita Terkait
Terpopuler
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Mobil Diesel Bekas di Bawah 100 Juta, Mobil Badak yang Siap Diajak Liburan Akhir Tahun 2025
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
- Nikmati Segarnya Re.juve Spesial HUT ke-130 BRI: Harga Istimewa Mulai Rp13 Ribu
Pilihan
-
Kehabisan Gas dan Bahan Baku, Dapur MBG Aceh Bertahan dengan Menu Lokal
-
Saham Entitas Grup Astra Anjlok 5,87% Sepekan, Terseret Sentimen Penutupan Tambang Emas Martabe
-
Pemerintah Naikkan Rentang Alpha Penentuan UMP Jadi 0,5 hingga 0,9, Ini Alasannya
-
Prabowo Perintahkan Tanam Sawit di Papua, Ini Penjelasan Bahlil
-
Peresmian Proyek RDMP Kilang Balikpapan Ditunda, Bahlil Beri Penjelasan
Terkini
-
Lewat RUPSLB, BRI Optimistis Perkuat Tata Kelola dan Dorong Kinerja 2026
-
Kinerja Berkelanjutan, BRI Kembali Salurkan Dividen Interim Kepada Pemegang Saham 2025
-
Ini Tanggal Resmi Penetapan UMP dan UMK Jawa Tengah 2026: Siap-siap Gajian Naik?
-
Melalui BRI Peduli, BRI Hadir Dukung Pemulihan Korban Bencana di Sumatra
-
Mitigasi Risiko Bencana di Kawasan Borobudur, BOB Larang Pengeboran Air Tanah dan Penebangan Masif