Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Jum'at, 11 September 2020 | 14:22 WIB
Relawan disuntik vaksin Covid-19. (Ayobandung.com/Kavin Faza)

SuaraJawaTengah.id - Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang Abdul Hakam, menduga terinfeksinya seorang relawan  Covid-19 setelah berkunjung dari Kota Semarang lantaran vaksin itu sendiri. 

Menurutnya, bisa jadi vaksin Covid-19 yang ia bawa belum sempurna. Hal itu disebabkan karena vaksinnya belum sempurna dan virulensi virus yang masih tinggi. 

"Saya menduga relawan tersebut terkena Covid-19 karena vaksin itu sendiri," jelasnya kepada Suara.com, Jumat (11/9/2020). 

Ia mengatakan, setiap vaksin atau obat yang sudah beredar mempunyai efektifitas yang hanya mendekati 100 persen. Ia mencontohkan, jika efektifitas vaksin 98 persen makan kemungkinan ada 2 persen orang yang gagal. 

Baca Juga: Kisah Haru, 30 Tahun Hidup di Tenda, Mbah Sriah Tidak Mau Pindah

"Jadi tidak semua vaksin itu berhasil. Terdapat beberapa persen yang bisa gagal juga," ucapnya. 

Untuk itu, Hakam menduga relawan yang terkena Covid-19 merupakan bagian dari angka 2 persen yang gagal itu. Apalagi, lanjutnya terapi vaksinasi  yang diberikan belum sempurna. 

"Sebenarnya vaksinasinya juga belum sempurna, baru satu kali," ujarnya. 

Selain itu, relewan tersebut selama 14 hari sebelum pergi ke Kota Semarang ke mana lagi. Apalagi jalur yang ditempuh relawan Covid-19 tersebut adalah jalur darat yang menurut Hakam sangat riskan. 

"Harus ditelusuri, relawan tersebut menggunakan kendaraan umum atau pribadi. Bisa jadi yang bersangkutan terlalar saat di perjalanan," imbuhnya. 

Baca Juga: 11 Kota Kasus Aktif Corona di Atas 1.000, Kota Semarang Tertinggi

Sementara itu, Ketua Tim Riset Uji Klinis Vaksin COVID-19 dari Unpad Prof Kusnandi Rusmil mengungkapkan Relawan dinyatakan sehat secara klinis dan diberikan penyuntikkan kedua.

Usai penyuntikkan kedua, relawan mengikuti tes usap karena memiliki riwayat perjalanan ke luar kota.

“Oleh petugas dilakukan pengambilan bahan dari apus hidung dan kemudian dikirimkan ke laboratorium BSL2 (Dinas Kesehatan) dengan hasil positif. Hasil yang positif tersebut harus disampaikan kepada yang bersangkutan,” ujar Kusnandi melalui keterangan tertulis, Kamis (10/9/2020).

Pihaknya mengungkapkan setelah diketahui hasil tes usap positif, relawan langsung melakukan isolasi mandiri. Pihaknya juga melakukan pemantauan kondisi secara ketat setiap harinya.

“Dilakukan isolasi mandiri dan terdapat program pemantauan secara ketat setiap harinya,” katanya.

Petugas kesehatan memberikan pengarahan dan evaluasi kepada relawan saat simulasi uji klinis vaksin COVID-19 di Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Bandung, Jawa Barat, Kamis (6/8/2020). [ANTARA FOTO/M Agung Rajasa]

Uji klinis ini dilakukan dengan prinsip observer blind atau tersamar, sehingga tidak diketahui mana yang dapat plasebo dan mana yang dapat vaksin.

Pada yang mendapat vaksin, kekebalan diharapkan paling cepat 2 minggu pasca suntikan kedua. Pihaknya juga menghimbau kepada para relawn untuk tetap menjaga protokol kesehatan.

“Untuk itu semua sukarelawan tetap diimbau wajib menerapkan protokol pencegahan yang sudah dianjurkan pemerintah. Sukarelawan uji klinik masih akan dipantau kesehatannya selama 6 bulan pasca suntikan terakhir,” ungkapnya.

“Uji klinis ini masih panjang jalannya, agar kita bersama-sama dapat menjaga privasi dari sukarelawan,” tambahnya.

Koordinator Lapangan Uji Klinis Vaksin Covid-19, Eddy Fadlyana mengungkapkan bahwa setelah relawan terpapar Covid-19, proses pemantauan sebagai relawan masih akan terus dilakukan.

Ia memastikan bahwa hal tersebut tidak akan mengganggu proses rangkaian uji klinis terhadap relawan tersebut.

“Masih jadi relawan vaksin Covid-19, iya tidak mengganggu,” ungkapnya.

Kontributor : Dafi Yusuf

Load More