Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Selasa, 20 Oktober 2020 | 11:05 WIB
Pelajar dengan menerapkan protokol kesehatan mengikuti sistem Pembelajaran Tatap Muka dalam masa ujicoba di SMP Negeri 6 Purwokerto, Banyumas, Selasa (20/10/2020). (Suara.com/Anang Firmansyah)

SuaraJawaTengah.id - Kurang lebih tujuh bulan sudah pelajar di Kabupaten Banyumas menjalani pembelajaran jarak jauh (PJJ). Selama itu pula pelajar tidak pernah bertatap muka secara langsung dengan guru atau teman sekelasnya.

Hal itu yang membuat Calista Wanda siswi kelas 8 di SMP Negeri 6 Purwokerto ini merasa rindu saat harus masuk di hari pertama ujicoba Pembelajaran Tatap Muka (PTM), Selasa (20/10/2020).

"Rasanya kangen aja sih sama sekolah. Tadi sempat grogi, soalnya sudah lama ga ke sekolah," katanya di sela pelajaran, Selasa (20/10/2020).

Ia mengaku orang tuanya belum sepenuhnya menyetujui dengan penuh sistem PJJ karena masih new normal. Menurutnya, mereka khawatir karena virus Covid-19 belum sepenuhnya hilang.

Baca Juga: Kasus Konser Dangdutan, Wakil Ketua DPRD Tegal Segera Disidang

"Belum setuju banget sih mas soalnya masih new normal seperti ini," jelasnya.

Ia merasa lebih nyaman dengan sistem seperti ini. Karena pelajaran mudah dipahami. Selain itu ia juga rindu berbagi cerita dengan temannya di sekolah.

"Teman-teman tidak ada yang berubah, masih seperti yang dulu," ujarnya.

Sementara itu, Kepala Sekolah SMP Negeri 6 Purwokerto, Sri Indarsih menjelaskan ada yang berbeda setelah adanya sistem PTM dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat.

"Jadi dalam setiap kelas hanya ada 50 persen siswa. Selain itu juga tidak disediakan meja. Sebelumnya sudah kita siapkan seperti infrastruktur, kemudian jadwal dan assesment kesehatan orangtua serta guru. Dan juga mendata orangtua yang setuju dan tidak setuju," katanya.

Baca Juga: Lindungi Komorbid dari Covid-19, Bupati Banyumas Gunakan Minyak Kayu Putih

Di sekolah setempat dari keseluruhan siswa berjumlah 697, menurutnya ada 10 persen orangtua yang tidak setuju dengan sistem PTM. Pihaknya juga telah membagikan segala keperluan kesehatan seperti masker dan face shield. Siswa juga diwajibkan untuk membawa bekal makanan sendiri, karena kantin tidak diperbolehkan buka.

"Itu hak orangtua tetap kami hargai dan layani. Alasannya karena Covid-19. Nah yang tidak setuju ini tetap kami layani secara daring. Tentu beban guru akan bertambah, melayani yang PTM dan juga daring ini. Tapi itu tidak apa-apa," jelasnya.

Dengan adanya protokol kesehatan, pelajar yang berangkat dijadwal secara bergantian. Hari ini hanya kelas 8 saja yang melaksanakan pembelajaran. Hal ini melihat kuota siswa yang hanya diperbolehkan 50 persen terisi.

"Satu pekan full, durasinya dari jam 7 sampai jam 11. Jadi kelasnya membengkak dua kali lipat. Biasanya hanya 7 kelas. Ini jadi 14 kelas. Untuk satu kelas sekolahnya tiap dua hari sesuai petunjuk dari kemendikbud," terangnya.

Pemkab Banyumas telah memberi rambu hijau pelaksanaan PTM di wilayahnya. Untuk ujicoba ada tiga sekolah yang nantinya akan dijadikan rujukan. SD Negeri Panembangan, Kecamatan Cilongok, SMP Negeri 6 Purwokerto dan SMA Negeri 3 Purwokerto.

Kontributor : Anang Firmansyah

Load More