Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Senin, 02 November 2020 | 17:25 WIB
Landamark Purwokerto Kabupaten Banyumas (Suara.com/Anang)

SuaraJawaTengah.id - Rencana pemekaran wilayah Kabupaten Banyumas terus bergulir. Terbaru pembahasan pemekaran wilayah telah sampai pada tahapan sosialisasi per daerah otonom. 

Seperti yang dilakukan Pemkab Banyumas pada Senin (2/11/2020). Sejumlah perangkat desa, kelurahan, dan kecamatan dikumpulkan di Pendopo Sipanji Purwokerto.

Para perangkat desa yang dikumpulkan merupakan calon daerah yang masuk wilayah otonom Kota Purwokerto. Mengingat masih dalam kondisi pandemi, sosialisasi pun dilakukan secara daring.

Staf ahli penyusunan pemekaran daerah otonom Kabupaten Banyumas dari tim kajian LPPM Unsoed, Rully Eko Kusuma menjelaskan setelah menjalani proses kajian dari aspek ekonomi, tiga wilayah tersebut akan memiliki karakteristik masing-masing.

Baca Juga: Ridwan Kamil Tunggangi Motor dari Jabar ke Banyumas, Wah Ada Apa?

"Jadi dalam pemekaran ini kita menerapkan satu konsep tadi ya, semua jasa berkembang di Purwokerto. Omong kosong kalau kita mau buka hotel di Lumbir (Banyumas Barat), tidak masuk akal. Buka ya di wilayah kota atau Baturraden," katanya, Senin (2/11/2020).

Artinya, di wilayah Kota Purwokerto merupakan pusatnya. Nantinya dari berbagai daerah membelanjakan uangnya di sini. Kota tetap ada sebagai penyedia jasa.

"Sedangkan daerah nanti seperti Kabupaten Banyumas itu adalah kota budaya dan pertanian. Lalu di Banyumas Barat, dia memungkinkan adanya industri," jelasnya.

Jadi pihaknya telah memiliki konsep untuk daerah. Akhirnya ini yang menjadi salah satu faktor pendorong kemajuan. Karena menurutnya, tidak memungkinkan jik wilayah Banyumas Barat dipaksa jadi Centra Jasa.

"Kenapa? Karena sekarang sudah mulai ada industri, digeser kesana. Kemudian nanti kawasan pangannya ada di sini. Ada juga kota lama, artinya apa kearifan budaya tidak boleh hilang. Kalau di Purwokerto, Baturraden wiasata alam. Makanya kita ambil Karanglewas, Kedungbanteng, Sumbang," ujarnya.

Baca Juga: Madame Mbois, Brownies Tempe Mendoan Pertama di Banyumas

Wilayah tersebut merupakan satu pola, wisata hutan. Sedangkan jika wisata reliji dan budaya itu adanya di Kabupaten Banyumas

"Banyumas itu sudah kita konsep sebagai kawasan penyangga pangan. Industrinya yang ada di pangan. Sekarang kita lihat, sepuluh tahun terakhir ada industri besar ga di Banyumas? Hanya ada satu, semen bima," terangnya.

Lebih lanjut ia memiliki gambaran jika nantinya, Kota Purwokerto merupakan kota jasa, Kabupaten Banyumas untuk pertanian dan budaya serta Kabupaten Banyumas Barat adalah industri wana wisata.

"Harus ada yang berbeda, kita bisa membagi, dengan arahnya konsep yang sama. Lihat saja Kota Bangka Belitung. Belitung dengan Belitung Timur. Konsepnya sudah beda. Orang buka jasa di Belitung Timur ya tidak laku. Di sana adalah kawasan pangan dan perkebunan, tambang. Belitung induknya itu pantainya kemarin baru dipakai kejuaraan Kano Internasional," katanya.

Mau tidak mau, menurutnya kalau suatu daerah ingin maju harus dibangun. Berkaitan dengan adanya moratorium dari pemerintah pusat, ia menanggapi sifatnya hanya membatasi, bukan melarang.

"Banyak nyatanya yang minta dari 2004, setelah UU otonom itu, minta merdeka istilahnya. Ternyata hanya dikaji dari sisi politis, malah jadinya tidak bisa hidup. Tapi yang mereka kaji betul, bakal hidup," jelasnya. 

Kontributor : Anang Firmansyah

Load More