Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Senin, 01 Februari 2021 | 14:35 WIB
Ilustrasi rumah sakit. (Shutterstock)

SuaraJawaTengah.id - Polda Jawa Tengah akan segera memproses laporan dugaan malapraktik yang telah memakan korban satu pasien bernama Samuel Revan ketika dirawat di Rumah Sakit Telogorejo Semarang.

Kabid Humas Polda Jawa Tengah Kombes Pol Iskandar Fitriana Sutisna mengatakan, kasus dugaan malapraktik yang menyeret nama rumah sakit Telogorejo Semarang itu masih dalam proses penyelidikan.

"Masih dalam penyelidikan," jelasnya saat dihubungi, Senin (1/2/2021).

Ia mengungkapkan, aduan terhadap rumah sakit Telogorejo itu dilayangkan oleh ayah dari pasien bernama Samuel Reven yakni Raplan Sianturi di Direktorat Reserse Kriminalisasi Khusus Polda Jateng.

Baca Juga: PSBB Jawa-Bali, Polda Jateng Siapkan Operasi Yustisi dan Aman Nusa

"Kita baru menerima laporannya dan masih dalam penyelidikan Ditreskrimsus," imbuhnya.

Sebelumnya, Kuasa hukum Samuel Reven, Arta Uli Sianturi membenarkan jika satu jam sebelum  Samuel meninggal, korban sempat meminta dibelikan susu oleh ibunya karena besoknya sudah bisa pindah ruangan.

"Namun, satu jam berikutnya Samuel dikabarkan meninggal," jelasnya beberapa hari yang lalu.

Ia menyebut, sampai saat ini pihaknya belum diberikan rekam medis yang dapat menjelaskan tentang penyakit yang menyebabkan Samuel meninggal.

"Kita sebenarnya sudah diberikan fotokopian rekam medis menurut versi mereka. Namun  itu hanya kesimpulan yang tak sesuai dengan fakta," ujarnya.

Baca Juga: Kapolda Jateng Merotasi Jajarannya, Ini Daftar 10 Pejabat Polisi yang Baru

Selain itu, menurutnya, pelayanan rumah sakit juga kurang baik karena tempat tidurnya tak sesuai dengan badan Samuel. Hal itu membuat, salah satu kaki Samuel cudera.

"Seharusnya kalau tak ada ruangan yang cocok dengan pasien harusnya dirujuk. Kasian Samuel dia dirawat 4 hari dengan posisi kaki sebelah kanan bengkok," ujarnya.

Sebenarnya sedari awal, orang tua Samuel sudah menaruh curiga lantaran dia dipaksa memberikan kartu keluarganya dengan iming-iming akan diberi bantuan dana dari Kemenkes.

"Nah setelah bersedia memberi kartu keluarga, selama 10 dia baru dapat di ruangan isolasi Covid-19," ucapnya.

Ia menyebut, pada pemeriksaan pertama Samuel memang reaktif. Namun, saat tes Swab Samuel dinyatakan negatif. Sampai saat ini, ia tak mengerti apa alasan rumah sakit merawat Samuel di ruang isolasi Covid-19.

"Awalnya kita sempat menunggu di ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) selama 10 jam. Padahal dokter sudah menganjurkan untuk ke ruang High Care Unit (HCU)," ujarnya.

Hingga Samuel meninggal, pihak rumah sakit belum memberikan jawaban terkait penyakit yang menyebabkan Samuel meninggal. Hasil medical record dari pihak rumah sakit juga berbeda-beda.

"Jadi sampai Samuel meninggal kami tak tau penyakitnya apa. Rumah sakit hanya bilang gula Samuel tinggi, " keluhnya.

Kontributor : Dafi Yusuf

Load More