Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Rabu, 03 Februari 2021 | 15:31 WIB
Kondisi sunyi dan sepi setelah semua WTS dipulangkan di kawasan eks lokalisasi Gang Sadar, Kecamatan Baturraden, Kabupaten Banyumas, Rabu (3/2/2021). [Suara.com/Anang Firmansyah]

SuaraJawaTengah.id - Sunyi, senyap dan sepi menjadi kesan pertama ketika masuk ke kawasan eks lokalisasi Gang Sadar di lereng selatan Gunung Slamet, Kecamatan Baturraden, Kabupaten Banyumas. Hampir tidak ada aktifitas berarti saat wartawan Suara.com berkunjung ke tempat ini.

Tak sedikit kawasan yang dulunya kos-kosan para Wanita Tuna Susila (WTS) kini ditempeli papang pengumuman dikontrakkan atau dijual. Memang saat dahulu masih beroperasi, kawasan ini hidup saat malam hari, namun aktifitas pada siang hari juga tak sesepi seperti saat ini.

Kang Triez, salah satu pemilik lahan yang membuka jasa salon saat kawasan ini masih beroperasi mengungkapkan saat ini bangunan di kawasan tersebut kosong tak berpenghuni. Penyebabnya karena para WTS yang dahulu berdomisili di sini, sudah habis masa kontraknya.

"Jadi sekarang rumahnya kembali ke yang punya. Dipakai sama anaknya lah, atau saudaranya. Sekarang kehidupannya sudah normal. Tapi ya memang kebanyakan kosong," katanya kepada SuaraJawaTengah.id, Rabu (3/2/2021).

Baca Juga: Apa itu Jateng di Rumah Saja yang Berlaku 6-7 Februari 2021?

Salah satu bangunan milik rumah warga yang dikontrakkan atau dijual di kawasan eks lokalisasi Gang Sadar, Kecamatan Baturraden, Kabupaten Banyumas, Rabu (3/2/2021). [Suara.com/Anang Firmansyah]

Dari jumlah total sebanyak 45 bangunan, yang berpenghuni hanya sekitar 10 rumah. Itupun tidak full meninggali tempat tersebut, karena rata-rata pemilik lahan merupakan warga sekitar. Bahkan ada yang sampai listrik rumah dan pdamnya dicabut karena tidak mampu membayar.

"Saya baru pernah ini menjumpai kayagini (kehidupan normal), tidak ingat kapan tepatnya lokalisasi ini berdiri, tapi yang jelas sejak kawasan wisata Baturraden ini berdiri ya sudah seperti ini. Sepertinya dari tahun 70 an sudah ada," terangnya.

Sebenarnya, saat memasuki bulan puasa, kawasan lokalisasi ini juga tutup mengikuti aturan pemerintah. Namun hanya bersifat sementara, sedangkan untuk vakum hampir satu tahun baru kali ini dialami.

"Untuk dioperasionalkan kembali sepertinya tidak mungkin. Karena setahu saya, meskipun Gang Sadar sudah ditutup, ada segelintir pekerja yang sudah nyaman diluar," ujarnya.

Kang Triez mengisahkan saat dahulu usaha salonnya masih beroperasi dalam satu malam memiliki omset yang tebilang lumayan. Karena para penghuni kos sebelum bekerja, banyak yang bersolek.

Baca Juga: Gunung Merapi Kembali Luncurkan Guguran Lava Pijar Sejauh 900 Meter

"Saya sekitar tiga tahun membuka salon. Lumayan hasilnya, klien saya ya para penghuni kosan. Kebanyakan nyatok rambut, tarifnya Rp 25 ribu. Tiap malam ada sekitar 20 an orang. Itu cuma nyatok, ada juga yang keramas terus smoothing, tapi jarang," lanjutnya.

Lahan yang dimiliki di kawasan tersebut merupakan tanah warisan dari kakek-neneknya. Tapi dari dahulu selalu dikontrakkan. Baru dipakai sendiri dalam tiga tahun lalu.

"Setelah menikah sekitar tiga tahun lalu baru saya buka usaha sendiri, sebelumnya ya selalu dikontarakkan," imbuhnya.

Setelah ditutupnya lokalisasi ini, lanjut Kang Triez banyak mata pencaharian yang mati. Seperti, pembantu, warung rames, tukang ojek, hotel dan pedagang sate kelinci.

"Dahulu pedagang sate kelinci jumlahnya puluhan, sekarang paling hanya dua saja kalau tidak salah yang berjualan," pungkasnya.

Saat ini dirinya tengah membuka usaha warung untuk menyambung hidup. Ia bersama rekan yang dahulu mengandalkan mata pencaharian dari Gang Sadar menggunakan lahan kosong, berdagang berbagai macam makanan.

"Saya ya sekarang sama temen jualan, mendoan, sate kelinci, sate ayam dan lain sebagainya menggunakan bangunan bekas hotel. Minta ijin ke pemerintah, boleh dipakai tapi jangan permanen. Jualannya dari jam 15.00 WIB sampai tengah malam," pungkasnya.

Kontributor : Anang Firmansyah

Load More