SuaraJawaTengah.id - Selain meninggalkan bangunan fisik seperti Masjid Wali Loram Kulon, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus, Sultan Hadirin turut meninggalkan tradisi dan budaya yang masih langgeng dipegang masyarakat. Hal itu sebagai bukti menyebarkan agama Islam Kota Kretek tersebut.
Pengurus Masjid dan Juru Pelihara Cagar Budya, Afroh Aminuddin mengatakan, tradisi dan budaya yang masih dilestarikan di Loram itu adalah Kirab Kemanten dan Sodaqoh Sego Kepel (sedekah nasi kepal).
“Itu tradisi budaya yang saat ini masih dilestarikan oleh masyarakat Loram Kulon, Loram Wetan, dan sekitarnya. Termasuk masyarakat yang masih memiliki garis keturunan (trah) Loram,” ujarnya saat ditemui Suara.com di Masjid At-Taqwa nama lain Masjid Wali Loram, Senin (19/4/2021).
Sodaqoh Sego Kepel
Sodaqoh sego kepel adalah tradisi dimana masyarakat yang memiliki hajat seperti sunatan, kelahiran, syukuran, nadzar, dan sebagainya, mengirimkan nasi kepal bejumlah tujuh lengkap dengan lauk botok bandeng untuk disedekahkan ke Masjid Wali Loram.
“Nasinya itu dikepal dibungkus daun jati atau pisang. Kalau botoknya terserah, kalau dulu ikan bandeng. Karena mudah diperoleh dan didapat saat itu,” ungkapnya.
Botok dipilih lantaran Sultan Hadirin tidak ingin memberatkan masyarakat yang ingin melakukan Sodaqoh Sego Kepel.
“Beliau melihat ekonomi masyarakat saat itu, botok ini ringan dibandingkan ayam ingkung. Padahal selamatan biasanya ingkung,” bebernya.
Anga tujuh dalam sedekah ini melambangkan pitu dalam bahasa Jawa yang artinya pituduh (petunjuk), pitutur (wejangan), dan pitulung (pertolongan).
Baca Juga: Perhatian Warga Kudus! Tilang Elektronik Diterapkan, Ini Lokasi CCTV-nya
“Dengan harapan dengan bersedekah bisa mendapatkan pertolongan dari Tuhan YME,” jelas Afroh.
Budaya ini, terang Afroh dimulai saat Sultan Hadirin menyempurnakan pembangunan Gapura Padureksan pada tahun 1596. Ada seorang warga yang baru masuk Islam ingin mengadakan selamatan.
“Orang itu meminta tahu caranya, oleh beliau disarankan untuk membuat nasi kepal untuk kemudian disedekah kepada warga yang berada di situ,” terangnya.
Warga trah Loram meyakini, jika dalam suatu urusan tidak melakukan tradisi tersebut. Maka bakal ditimpa kemalangan.
“Ada yang sunat sebulan tak sembuh karena orangtuanya tak mau sodaqoh sego kepel. Paman gak tega, diam-diam bawa nasi kepel, besoknya bocah tersebut sembuh dan sudah main bola,” ungkap Afroh.
Ada pula warga yang mengalami keanehan karena tidak bersedekah sebelum memulai pekerjaan.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- 7 Sunscreen Anti Aging untuk Ibu Rumah Tangga agar Wajah Awet Muda
- Mobil Bekas BYD Atto 1 Berapa Harganya? Ini 5 Alternatif untuk Milenial dan Gen Z
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Pabrik VinFast di Subang Resmi Beroperasi, Ekosistem Kendaraan Listrik Semakin Lengkap
-
ASUS Vivobook 14 A1404VAP, Laptop Ringkas dan Kencang untuk Kerja Sehari-hari
-
JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
Terkini
-
130 Tahun BRI, Konsisten Tumbuh Bersama Rakyat dan Perkuat Ekonomi Inklusif
-
10 Tempat Wisata di Brebes yang Cocok untuk Liburan Sekolah Akhir Tahun 2025
-
Borobudur Mawayang: Sujiwo Tejo dan Sindhunata Hidupkan Kisah Ambigu Sang Rahvana
-
5 Mobil Diesel Bekas di Bawah 100 Juta, Mobil Badak yang Siap Diajak Liburan Akhir Tahun 2025
-
BRI Peduli Guyur Rp800 Juta, Wajah 4 Desa di Pemalang Kini Makin Ciamik