Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Kamis, 20 Mei 2021 | 13:07 WIB
Sejumlah anak mengantre untuk mendapatkan ketupat jembut di Kota Semarang (suara.com/Dafi Yusuf) 

SuaraJawaTengah.id - Tradisi Syawalan di Kota Semarang sempat ramai diperbincangkan di media sosial karena terdapat ketupat unik di Kota Semarang yang diberi nama ketupat jembut.

Dalam akun instagram @infokejadiansemarang menyebut jika tradisi membagikan ketupat jembut merupakan budaya khas yang ada di Pedurungan, Kota Semarang. 

Dalam video yang diposting akun tersebut terlihat ratusan anak berlarian sembari membawa plastik yang berisi ketupat jembut. 

Postingan tersebut kini sudah dikomentari ratusan orang. Bahkan sebagian netizen yang mengaku warga Semarang mengaku belum mengetahui jika Kota Semarang mempunyai tradisi menyebarkan ketupat jembut. 

Baca Juga: Musim Pancaroba di Kota Semarang Diprediksi akan Terjadi Akhir Mei Ini

"Kok aku wong Semarang awet cilik sampe gede kok nembe reti kupat jembut ya," tulis akun @ekhatox dalam kolom komentar, Kamis (20/5/2021).

Namun, tradisi ketupat jembut terancam akan hilang lantaran belum ada generasi penerus yang bisa membuat ketupat jembut. Juwarti (72) merupakan generasi terakhir sekaligus satu-satunya orang yang bisa membuat ketupat jembut di Pedurungan Tengah.

"Di sini yang bisa buat hanya saya," kata Juwarti saat ditemui di rumahnya.

Sampai saat ini belum ada generasi penerus yang dapat meneruskan keahliannya membuat ketupat jembut. Bahkan anak dan cucunya belum ada yang berminat meneruskan keahlian tersebut.

"Saya juga bingung, tak ada generasi penerus," ujarnya.

Baca Juga: Di Kota Semarang, Laki-laki Dominasi Kasus Covid-19 Dibanding Perempuan

Dia masih ingat betul jika dengan pesan orang tua terdahulu yang berpesan untuk tak meninggalkan tradisi tersebut. Menurutnya, ketupat jembut tak hanya makanan namun juka tradisi yang mempunyai makna mendalam.

"Artinya itu perjuangan siap saling memaafkan dan juga saturahmi. Itulah arti yang ada di ketupat jembut dngan harapan warga Pedurungan bisa sehat dan aman semua," imbuhnya.

Untuk perayaan tahun ini, dia hanya membuat 80 ketupat jembut. Hal itu disebabkan karena dia sudah tak sanggup untuk memproduksi dengan jumlah yang lebih banyak lagi.

"Sekarang badannya sudah tak kuat buat banyak-banyak," paparnya.

Ketua RW 1 Pedurungan Tengah, Wasihi Darono mengatakan, bahwa tradisi bagi ketupat ini sudah ada sejak puluhan tahun yang lalu. Warga sekitar tak banyak yang tau arti dibalik tradisi weh-wehan ketupat jembut itu.

"Hanya sedikit yang tau, katanya simbol perjuangan," jelasnya saat ditemui di rumahnya.

Dia menyebut, tradisi itu memang dilakukan orang dewasa dan diperuntukan untuk anak-anak sebagai simbol untuk meneruskan tradisi ke generasi yang lebih muda. Selain mendapatkan Ketupat Jembut, anak-anak ini juga menerima uang fitrah.

"Kalau yang tak bisa memberi ketupat jembut biasanya memberikan  uang fitrah," ujarnya.

Bagi warga yang penasaran dengan ketupat kembut tak perlu khawatir karena tradisi tersebut diadakan setiap satu tahun satu kali ketika Syawalan. Apalagi sampai saat ini warga sekitar antusiasme untuk mengikuti tradisi tersebut cenderung naik.

Kontributor : Dafi Yusuf

Load More