SuaraJawaTengah.id - "Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah atau KBGT tak memberikan fasilitas bangku Seperti sekolah pada umumnya. Rutinitas yang hanya di dalam kelas, doktrin semi militer seperti berseragam dan baris-berbaris terkadang hanya membuat bosan"
Jangan kaget jika siswa di KBGT beda dengan siswa pada umumnya, karena sistem maupun aturan-aturan yang ada di sekolah tersebut dibuat berdasarkan kesepakatan antar siswa sendiri dengan difasilitasi para pendamping.
Setelah beberapa lama melihat kegiatan belajar para siswa, tiba-tiba ada seorang perempuan yang memanggil Saya dari kejauhan.
"Mas-mas cari Pak Udin ya," tanya perempuan itu dari kejauhan.
Dari kejauhan, kami juga melihat seorang pria berambut gondrong yang sudah sedikit memutih itu juga melihat kami.
Awalnya, Saya tak tau yang dimaksud perempuan itu adalah Pak Udin yang ternyata Ketua Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Qaryah Thayyibah Ahmad Bahruddin.
Setalah bertemu, kami diajak masuk ke rumah Pak Udin. Jika dilihat, rumah tersebut penuh dengan sertifikat penghargaan dan juga piala yang hampir memenuhi dindingnya.
Ia pun menjelaskan konsep belajar di PKBM. Tak seperti sekolah pada umumnya, sekolah alternatif Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah mempunyai gedung yang didesain mirip dengan sanggar yang membuat para siswa lebih bebas.
Desain tersebut memang disengaja untuk memberi ruang bagi para siswa agar bisa berekspresi dan inovasi ketika belajar di tempat tersebut.
Baca Juga: Detik-detik Ketua MUI Kecelakaan di Tol Semarang, Sopir Truk yang Terlibat Tabrakan Kabur
Sekolah alternatif ini berdiri pada tahun 2003 dengan konsep yakni sekolah berbasis komunitas atau desa (Community Based Schooling) di Kalibening, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga.
Jika dilihat, para siswa yang belajar di KBGT tak berseragam. Mereka menggunakan pakaian berbeda-beda ketika belajar. Hal itulah yang justru membuat para siswa bisa lebih berekspresi sesuai dengan keinginanya.
"Bagaimana mengenali lingkungan sendiri, itu yang mempunyai perbedaan mendasar KBGT dengan pendidikan formal saa ini," jelas Pak Udin saat ditemui Suara.com Rabu (13/10/2021).
Pendidikan Formal yang Jauh dari Harapan
Pak Udin mengklaim, pendidikan formal sudah jauh di persimpangan jalan, karena pada kenyataanya kadar kemandirian peserta didik itu semakin tercerabut dari lingkungannya sendiri.
"Semakin pintar malah semakin cepat larinya dari desanya sendiri, karena tak dikenalkan dengan desanya sejak awal," keluhnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Ban Motor Anti Slip dan Tidak Cepat Botak, Cocok Buat Ojol
- 5 Shio yang Diprediksi Paling Beruntung di Tahun 2026, Ada Naga dan Anjing!
- Jordi Cruyff Sudah Tinggalkan Indonesia, Tinggal Tandatangan Kontrak dengan Ajax
- 5 Mobil Bekas Senyaman Karimun Budget Rp60 Jutaan untuk Anak Kuliah
- 5 Sabun Cuci Muka Wardah untuk Usia 50-an, Bikin Kulit Sehat dan Awet Muda
Pilihan
-
Orang Pintar Ramal Kans Argentina Masuk Grup Neraka di Piala Dunia 2026, Begini Hasilnya
-
6 Rekomendasi HP Rp 3 Jutaan Terbaik Desember 2025, Siap Gaming Berat Tanpa Ngelag
-
Listrik Aceh, Sumut, Sumbar Dipulihkan Bertahap Usai Banjir dan Longsor: Berikut Progresnya!
-
Google Munculkan Peringatan saat Pencarian Bencana Banjir dan Longsor
-
Google Year in Search 2025: Dari Budaya Timur hingga AI, Purbaya dan Ahmad Sahroni Ikut Jadi Sorotan
Terkini
-
SIG Dukung Batam Jadi Percontohan Pengembangan Fondasi Mobilitas & Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan
-
Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Bagian Tengah Kirim 29 AMT untuk Pemulihan Suplai di Sumatera
-
4 Link Saldo DANA Kaget Jumat Berkah: Raih Kesempatan Rp129 Ribu!
-
Skandal PSSI Jateng Memanas: Johar Lin Eng Diduga Jadi 'Sutradara' Safari Politik Khairul Anwar
-
8 Tempat Camping di Magelang untuk Wisata Akhir Pekan Syahdu Anti Bising Kota