Budi Arista Romadhoni
Sabtu, 23 Oktober 2021 | 11:31 WIB
Saat Anna memperlihatkan barang yang dia jual. Produk-produk kreasi difabel Semarang tembus pasar luar negeri [suara.com/Dafi Yusuf]

SuaraJawaTengah.id - Penyandang Disabilitas atau Difabel sering dipandang sebelah mata. Padahal mereka juga mempunayi kemampuan atau potensi yang tak kalah dengan orang pada umumnya. 

Namun demikian, terdapat kisah para difabel di Semarang berhasil membuat kerajinan tangan. Produk dari mereka bahkan dijual hingga ke luar negari. Ini Kisahnya.

Produk difabel dijual hingga ke luar negeri  

Bersamaan suara azan dzuhur, saya memasuki sebuah ruangan yang berisi dengan pernak-pernik seperti, batik, tas, boneka, masker, telur asin hingga sabun.

Barang-barang tersebut tertata rapi di sebuah rak yang ada di sebelah kiri. Pernak-pernik itu diurutkan berdasarkan jenis barang agar pengunjung atau pembeli yang datang tak bingung.

Sementera di sebelah kiri juga terdapat berbagai macam batik, telur asin dan berbagai makanan ringan yang juga diperjual belikan.

Yang paling menarik adalah, di tempat tersebut juga disediakan tas tote bag yang terbuat dari daur ulang kertas dan plastik untuk membawa barang yang dibeli oleh pelanggan.

Isi ruangan tersebut layaknya sebuah pameran mini yang diisi bermacam pernak-pernik dan juga kulineran. Suasana tersebut membuat saya tak bosan.

Lebih dari setengah jam, saya hanya  berdiri dan melihat beberapa barang yang dipajang satu-satu. Waktu seperti berjalan lebih cepat, tak sadar jika di tempat tersebut saya harus bertemu dengan seseorang.

Baca Juga: Catat! Wali Kota Semarang Targetkan Vaksinasi Dosis Kedua Tuntas Akhir 2021

"Hallo mas, gimana kabarnya," kata penerima tamu, Dian sembari mengampiriku, Sabtu (23/10/2021).

"Iya mbak baik, mau ngobrol dimana," tanyaku.

Setelahnya, saya diajak ke sebuah ruangan yang cukup ramai. Di ruangan tersebut saya bertemu dengan beberapa orang yang notebennnya adalah produsen dan pemasaran produk tersebut.

"Ini Mbak Ana yang memasarkan produk di sini melalui media online," ucap Dian mengenalkan.

"Jadi produk-produk ini saya pasarkan melalui akun Instagram RD Shop," sahut Ana dari kursi roda yang sedang dia duduki.

Ana mempunyai nama lengkap Anna Oktavia (51 tahun),  dia merupakan perempuan kelahiran Yogyakarta. Dia menderita kelumpuhan sejak usia 2 tahun. Berawal dari demam tinggi, beberapa hari kemudian Anna mengalami kelumpuhan.

Load More