Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Sabtu, 16 Maret 2024 | 10:07 WIB
UMKM asal Semarang Mesni Johara Agatha yang menjadi Binaan BRI. [Suara.com/Budi Arista Romadhoni]

SuaraJawaTengah.id - Mengolah barang bekas manjadi barang-barang bernilai tentu adalah hal yang sangat rumit. Hal itu dilakukan UMKM asal Semarang Mesni Johara Agatha.

Ia membuat beragam kerajinan dari bahan karung goni. Kini wanita yang sudah berusia 54 tahun itu pun sudah memilik brand sendiri bernama 'Goena Goni'

Kisahnya tentu bisa menjadi inspirasi para pelaku UMKM. Semangat dan gigih berjuang untuk berinovasi selalu menjadi modal utama.

Suara.com pun mendapatkan kesempatan untuk berkunjung di rumah produksi Goena Goni. Lakasi itu berada di sebuah perumahan Jalan Merbau II no.24 Banyumanik Kota Semarang.

Baca Juga: Ngeri! Akibat Hujan Lebat di Semarang, Jalan di Atas Gorong-gorong Amblas hingga Kedalaman 12 Meter

Meski berada di tengah perumahan, Mesni bisa memproduksi tas atau sovenir lainnya hingga dengan jumlah ribuan.

Namun demikian, terdapat kisah perajalanan panjang Mesni saat membangun usahanya. Meski tak lagi muda, ia terus bersemangat membuat kerajinan tangan menjadi pundi-pundi rupiah.

Mesni menceritakan, dulunya ia bekerja sebagai sales promotion girl (SPG) yang sering menjaga pameran di pusat pembelanjaan di Kota Semarang.

Dari SPG itulah yang membawanya kini bisa menjadi pengusaha. Ia tak menyangka bisa memproduksi tas sendiri. Padahal, saat itu ia tak bisa menjahit.

"Awalnya memang tahun 2016. Dan saat orang yang membawa saya jadi SPG UMKM menantang, kok ikut bayang-bayang saya terus. Kemudian saya pergi ke UMKM kenalan saya, belajar dari situ, megang gunting, dan benang," ujarnya saat ditemui Suara.com di kediamannya pada Rabu (13/3/2024).

Baca Juga: Ini Jadwal Azan Magrib Kota Semarang dan Sekitarnya pada 14 Maret 2024

Ia pun selalu mengingat ucapan mantan bosnya tersebut. Hingga kerajinan tangan pertama yang dibuat Mesni itu laku dibeli oleh ketua RT-nya sendiri.

"Buatan saya pertama taplak meja, dibeli RT saya, Rp60 ribu," ujarnya.

Di tahun 2017 itu lah Mesni melakukan inovasi kerajinan tangannya agar tidak sama dengan UMKM yang pernah memberikan ilmu dalam membuat sarung bantal.

"Kemudian terinspirasi dari kostum anak saya memakai kain goni di ISI Jogja, maka saya buat sarung bantal pakai goni. Dan menarik dibeli," ujarnya. 

Ia pun memanfaatkan karung goni bekas untuk membuat sarung bantal hingga Tas yang terlihat mewah.

"Orderan terbesar pertama itu 2.000 tas untuk sovenir nikahan, kemudian ketemu dengan orang kanwil BRI pesen banyak sekali untuk sovenir. Dari Sarung bantal, kemudian berkembang ke taplak dan tas," cerita Mesni.

Kisahnya menjadi UMKM  tidak hanya menceritakan suka dengan mendapatkan keuntungan saja. Ia pun mengalami duka, yaitu kehabisan modal saat pesanan banyak.

Ia mengaku saat itu tak mengerti dengan ilmu bisnis. Setiap orang pesan, selalu diterima saja.

"Karena saya masih polos ya, jadi orang pesen tanpa DP. Akhirnya modal habis untuk beli bahan," katanya.

Namun demikian, saat Pandemi Covid-19, Mesni akhirnya memberanikan diri untuk mengambil pinjaman modal usaha melalui KUR BRI.

Ia pun kini lega, karena bisa mengembangkan usaha kecilnya itu.

"Itu akhirnya ngambil kur BRI untuk modal usaha pesanan, sempat gagal dua kali, yang ketiga akhirnya lolos KUR, ini masih kurang 6 bulan lagi lunas. Pinjaman itu sampai 15 juta untuk yang KUR kedua," ujar Mesni.

Dari usahanya yang ia rintis sendiri itu kini Mesni bisa memberikan manfaat kepada orang-orang sekitarnya.

"Ini penjahit semua ada 6, mereka mendapat upah per tas ya. Awal saya yang gambar pola atau desain, kemudian nanti dikerjakan oleh penjahit. Kemudian saya juga ajak mahasiswa yang ingin belajar disini. Menularkan bakat jualan," ucapnya.

Pemasaran dari Online sampai ke Eropa

UMKM asal Semarang Mesni Johara Agatha yang menjadi Binaan BRI. [Suara.com/Budi Arista Romadhoni]

Soal pemasaran, Mesni mengungkapkan terus belajar dengan perkembangan zaman. Ia pun menyebut, produkya sudah sampai Eropa.

"Jujur sampai ke Eropa, india, china, secara pribadi sudah eksport. Tapi belum lewat jalur pemrintah," ujarnya.

Mesni mengaku juga melakukan promosi melalui media sosial, hingga marketplace.

"Hasil dari produk saya ini, selain untuk pengembangan usaha, juga buat kuliah kedua anak saya. Target saya pendidikan anak lebih tinggi dari saya, mengalah untuk anak.

Ia mengaku juga mulai menitipkan barang-barang yang ia buat di tempat-tempat wisata.

"Lebaran ini juga mulai banyak pesanan tas untuk hampers. Selain itu titip barang di lawang sewu atau galeri Laseko, @home hotel, dan toko oleh-oleh semarang," ujarnya.

Diketahui Mesni merupakan Binaan Rumah BUMN BRI Semarang. Ia mengaku mendapatkan pelatihan hingga ikut pameran-pameran secara gratis.

Koordinator Rumah BUMN Semarang, Endang Sulistiawati mengungkapkan kini sudah ada 7.000 UMKM yang bergabung.

Rumah BUMN Semarang sampai saat ini telah memfasilitasi usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dengan menggelar berbagai pelatihan yang dibutuhkan untuk pengembangan usaha.

Rumah BUMN Sendiri didirikan pada 2017 oleh BRI. Pelaku UMKM dipersilakan bergabung dengan Rumah Kreatif BUMN secara gratis. Persyaratan memiliki usaha dan cukup menunjukkan Kartu Tanda Penduduk (KTP).

"Kita tujuan akhirnya adalah go global, bisa ekspor," ujar Koordinator Rumah BUMN BRI Semarang tersebut.

Load More