Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Selasa, 30 April 2024 | 17:16 WIB
Kios penitipan motor milik Edi Mulyono (70 tahun) di Terminal Borobudur. (Suara.com/ Angga Haksoro Ardi).

SuaraJawaTengah.id - Terminal Borobudur adalah salah satu check point terluar angkutan umum Kabupaten Magelang di sisi timur. Ramai pelintas batas menuju wilayah tetangga, Purworejo.  

Meski bukan terminal besar, letaknya yang dekat dengan Candi Borobudur, membuat tempat ini dilewati banyak pelancong. Menuju candi, perjalanan tinggal lanjut naik bacak atau dokar.    

Selain menjadi lintasan wisatawan, terminal Borobudur juga singgahan para pekerja nglaju dari Magelang menuju Purworejo atau sebaliknya.

Istilah nglaju dipakai untuk mereka yang beraktifitas harian bolak balik lintas wilayah. Di Yogyakarta, para penglaju biasanya warga Kabupaten Bantul yang bekerja, sekolah, atau berdagang di wilayah Kota Jogja.   

Baca Juga: Potret Umat Buddha Doa Bersama di Candi Borobudur untuk Palestina

Dalam kajian perpindahan penduduk, aktifitas nglaju dikenal sebagai forensen. Yaitu pergerakan sekelompok orang yang tinggal di wilayah pinggiran atau desa, menuju kota.   

Mereka memiliki mata pencaharian di kota. Berangkat pagi ke tempat bekerja di kota dan kembali ke rumah pada sore hari di wilayah pinggiran.

Selain ke Kabupaten Purworejo, orang Magelang juga nglaju ke Yogyakarta atau Kabupaten Semarang. Tujuan mereka pabrik-pabrik di wilayah Kalasan, Sleman atau sekitaran Bawen dan Ungaran, Semarang.     

Mereka yang tinggal di bagian barat Magelang, kebanyakan melintas batas ke Kabupaten Boyolali. Tujuannya berdagang sayuran atau menjadi buruh serabutan.   

Pekerja Nglaju dan Titipan Motor

Baca Juga: Ini Sejarah Candi Borobudur dan Candi Prambanan, Tonggak Berdirinya Mataram

Untuk menghemat tenaga, pelajon berangkat dari rumah naik sepeda motor. Di terminal terdekat mereka akan berganti transportasi bus atau angkot menuju tempat bekerja.  

Load More