Budi Arista Romadhoni
Selasa, 21 Mei 2024 | 08:31 WIB
Biksu thudong dikawal Banser saat menuju Candi Borobudur setelah melakukan perjalanan 60 kilometer dari Vihara Buddha Dipa di Semarang. (Suara.com/ Angga Haksoro Ardi).

SuaraJawaTengah.id - Orang Jawa mengenal filosofi gupuh, lungguh, dan suguh dalam menyambut tamu. Menawarkan kehangatan rumah kepada para tamu.

Gupuh artinya bersegera dalam menyambut tamu. Dalam makna yang lebih luas juga berarti bergembira menyongsong kehadiran tamu.

Tuan rumah wajib menyambut tamu dengan air muka yang berseri-seri. Menyembunyikan kegundahan hati yang mungkin menyebabkan tamu tersinggung atau merasa tidak nyaman.  

Lungguh berarti menyilakan tamu untuk duduk. Dalam tradisi Jawa, duduk punya makna tersirat menempatkan seseorang pada derajat yang terhormat.

Suguh yang berarti menyediakan hidangan kepada tamu, mengandung filosofi bahwa tuan rumah harus rela berkorban untuk orang lain.

Ada sejumlah etika terkait menyuguhkan hidangan antara lain, tamu dianggap tidak sopan menyicipi makanan sebelum disilakan. Tuan rumah wajib ikut mencicipi makanan meskipun dalam keadaan kenyang.

"Kami sudah (berusaha) semaksimal mungkin menerima tamu (biksu thudong). Suguh, gupuh, lungguh, kalau cara orang Jawa-nya," kata Takmir Masjid Baiturrohmah, Bengkal, Fatkhulrohman.

Para biksu thudong yang sedang melakukan ritus berjalan kaki menuju Candi Borobudur, sempat singgah di masjid Baiturrohmah, Bengkal, Temanggung, Minggu (19/5/2024).

Di Masjid Baiturrohmah para biksu disambut hangat layaknya tamu agung. "Saya merasa kedatangan tamu istimewa. Menurut orang Buddha itu kan (thudong) ibadah yang istimewa (perjalanan) ke Borobudur."

Baca Juga: Waisak 2024: Candi Borobudur Siap Jadi Tempat Ritual Keagamaan

Awalnya Perwakilan Umat Buddha Indonesia sebagai panitia perjalanan biksu thudong, mengirim surat kepada pemerintah Desa Bengkal dan takmir Masjid Baiturrohmah.

Mereka meminta izin menggunakan masjid sebagai tempat istirahat para biksu. Mereka akan istirahat sebentar, sebelum melanjutkan perjalanan ke Magelang.  

"Saya tanya panitia katanya para biksu hanya istirahat, nggak ada makan-makan (di masjid). Tapi kami merasa yang ditamoni (dikunjungi tamu), tetap harus menyediakan minuman, makanan ringan secukupnya."

Sambutan Hangat untuk Biksu  

Diluar dugaan, tidak hanya membantu menyuguhkan makan dan minum, warga Bengkal ternyata sangat bungah menyambut kehadiran para biksu. Mereka ikut menyambut biksu di jalan hingga ke masjid.  

Biksu thudong yang merasa bahagia serta terharu karena disambut dengan sangat ramah, mendoakan warga di Masjid Baiturrohmah.

Load More