Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Selasa, 24 September 2024 | 12:40 WIB
Foto terakhir ketika PIERRE ANDREAS TENDEAN menghadiri pernikahan adiknya, Rooswidiati Tendean, awal bulan Juli 1965 di Semarang atau dua bulan sebelum tragedi G30S/PKI terjadi. Dari kiri ke kanan: Pierre, Rooswidiati, Maria Elizabeth Cornet ibunda Pierre dan AL Tendean, ayah Pierre. [FB/Dok. Johanes Christiono]

SuaraJawaTengah.id - Peristiwa Gerakan 30 September 1965 (G30S/PKI) menorehkan luka mendalam bagi bangsa Indonesia. Di balik tragedi berdarah itu, terselip kisah-kisah heroik para pahlawan revolusi, salah satunya Pierre Tendean.

Letnan Satu Corps Zeni ini gugur di usia muda, 26 tahun, saat bertugas sebagai ajudan Jenderal AH Nasution. Namun, di balik seragam militernya, tersimpan kisah cinta yang mengharukan.

Berikut 5 fakta tentang kisah cinta Pierre Tendean yang penuh liku:

1. Jatuh Cinta Pada Pandangan Pertama

Baca Juga: Kisah Kaum Beku Peristiwa 1965 di Magelang, Dihukum Berendam di Parit Tengah Malam

Kisah cinta Pierre Tendean bersemi saat ia bertugas di Medan, Sumatera Utara. Ia jatuh cinta pada pandangan pertama dengan seorang gadis bernama Rukmini. Keduanya kerap menghabiskan waktu bersama, menikmati suasana romantis Kota Medan.

2. Terhalang Restu Orang Tua

Sayangnya, hubungan Pierre dan Rukmini tak direstui orang tua Rukmini. Mereka keberatan karena perbedaan agama dan status sosial. Pierre yang berdarah campuran Prancis-Indonesia dianggap tidak sepadan dengan Rukmini yang berasal dari keluarga terpandang.

3. Tetap Setia Meski Terpisah Jarak

Meski terhalang restu, Pierre tetap setia pada cintanya. Ia terus menjalin komunikasi dengan Rukmini melalui surat, meskipun keduanya terpisah jarak. Surat-surat itu menjadi saksi bisu kesetiaan dan kerinduan Pierre pada sang pujaan hati.

Baca Juga: Hutan Plumbon Semarang dan Kisah Saksi Bisu Kuburan Massal Korban G30S/PKI

4. Sebuah Kenangan Manis di Tengah Tugas Negara

Di tengah kesibukannya bertugas sebagai ajudan Jenderal AH Nasution, Pierre tetap menyempatkan diri untuk menemui Rukmini. Keduanya sempat berlibur bersama ke Lembang, Bandung, menciptakan kenangan manis di tengah tugas negara yang diemban Pierre.

5. Gugur Sebagai Pahlawan, Meninggalkan Duka Mendalam

Pada 1 Oktober 1965, Pierre Tendean gugur di Lubang Buaya, Jakarta Timur, setelah sebelumnya disiksa oleh PKI. Kematiannya meninggalkan duka mendalam bagi keluarga, sahabat, dan tentu saja, Rukmini.

Kisah cinta Pierre Tendean menjadi bukti bahwa di balik seragam militer, tersimpan hati yang lembut dan penuh kasih sayang. Pengorbanannya bagi bangsa dan negaranya, serta kesetiaannya pada cinta, menjadi inspirasi bagi generasi muda Indonesia.

Kontributor : Dinar Oktarini

Load More