Budi Arista Romadhoni
Sabtu, 11 Januari 2025 | 07:01 WIB
Siswa SD Negeri 1 Banyurojo, Mertoyudan menerima makan bergizi gratis. (Suara.com/ Angga Haksoro Ardi).

“Kalau dari sana (Pusat Pelayanan Pemenuhan Gizi) kemarin mengutarakan (yang penting) anak belajar makan sehat. Jadi menunya sudah sesuai kebutuhan (gizi).”

Memastikan apakah sajian makan gratis sudah sesuai kebutuhan gizi masing-masing anak, tentu butuh kajian lebih lanjut. Termasuk menakar apakah menu sudah sesuai dengan kebutuhan asupan gizi untuk semua tingkatan usia anak.

Sebab menu dan porsi makan yang diberikan kepada siswa sekolah dasar, sama dengan makanan yang diberikan kepada siswa menengah atas. Selain ke SD 1 Banyurojo, makan bergizi gratis juga diberikan untuk siswa MTs Negeri 2 dan SMK Ma’arif Kota Magelang.    

Acuan kebutuhan makanan, selama ini manut pada tabel angka kecukupan gizi yang dikeluarkan Kementerian Kesehatan RI. Besarnya asupan karbohidrat, lemak, dan serat untuk menghasilkan kalori diukur berdasarkan berat, tinggi badan, dan jenis kelamin.

Laki-laki kelompok usia 16-18 tahun misalnya, membutuhkan asupan kalori, lemak, dan serat yang lebih banyak dibanding anak lelaki usia 7-9 tahun.

“Jika dihitung sesuai besarnya (kebutuhan gizi berdasarkan bobot dan usia anak), saya lihat porsinya sama. Jadi (tujuannya) tidak memenuhi kebutuhan gizi full. Intinya mengenalkan contoh makanan sehat yang tidak harus banyak dan tidak harus mahal.”

Program ini menurut Pantja Riani, juga mengajarkan pembiasaan baik untuk anak-anak. Anak belajar disiplin dan tanggung jawab menerima makanan dan menjaga kebersihan.

Soal penyediaan susu dalam porsi makan bergizi gratis, menurut Pantja Riani bukan menu wajib. Kandungan protein dan lemak dalam susu bisa digantikan oleh makanan lain.

“Susu itu kan harganya mahal. Mungkin untuk warga menengah kebawah jarang sekali terjangkau. Yang penting makanannya sudah memenuhi gizi.”

Baca Juga: Pemprov Jateng Alokasikan Rp67,13 Miliar untuk Program Makan Bergizi Gratis

Bantuan makan bergizi kata Pantja Riani, sangat membantu siswanya yang kebanyakan berasal dari keluarga ekonomi menengah ke bawah. Mereka tidak sarapan sebelum berangkat sekolah.

Meski ada orang tua yang tergolong mampu, rata-rata ibu yang anaknya bersekolah di SD 1 Banyurojo juga bekerja. Kebanyakan mereka bekerja sebagai asisten rumah tangga di perumahan instruktur Akademi Militer, Panca Arga.

“Manfaatnya paling dirasakan oleh anak-anak yang tidak biasa sarapan. Kondisi ekonomi atau karena kesibukan orang tua, anak jarang sarapan. Tapi kalau anak yang sudah terbiasa sarapan, mereka kurang excited.”

Siswa SD Negeri 1 Banyurojo, Mertoyudan menerima makan bergizi gratis. (Suara.com/ Angga Haksoro Ardi).

Membunuh Katering Sekolah

Isu pinggiran yang sering terkubur oleh berita positif bantuan makan bergizi gratis adalah dampak program ini terhadap usaha kecil menengah. Bagaimana proyek ini berpotensi membunuh usaha katering sekolah.

Para pengusaha katering kelas cere, megap-megap memburu nafas. Suara mereka lindap, ditelan riuh pesta perusahaan besar penyedia jasa makanan yang berebut tender.

Load More