SuaraJawaTengah.id - Jauh dari citra seram dan mencekam yang selama ini melekat, Pulau Nusakambangan menunjukkan wajah yang berbeda.
Pulau yang dikenal sebagai penjara bagi narapidana kelas kakap ini untuk sementara waktu beralih fungsi menjadi 'bumi perkemahan' bagi 291 narapidana dari berbagai lembaga pemasyarakatan (lapas) di Jawa Tengah.
Selama tiga hari, mulai 15 hingga 17 Juli 2025, para warga binaan ini akan mengikuti kegiatan Perkemahan Satya Dharma Bhakti Pemasyarakatan Tahun 2025.
Mereka menanggalkan seragam tahanan dan mengenakan seragam Pramuka, mengikuti serangkaian kegiatan yang dirancang untuk menempa kembali karakter dan jiwa nasionalisme mereka di alam terbuka.
Kegiatan yang digelar di pulau terluar Kabupaten Cilacap ini dibuka langsung oleh Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pemasyarakatan (Ditjenpas) Jawa Tengah, Mardi Santoso.
Menurutnya, acara ini bukan sekadar rutinitas, melainkan sebuah simbol komitmen untuk mengubah narapidana menjadi pribadi yang lebih baik.
Mardi Santoso mengatakan, kegiatan rutin tahunan tersebut merupakan bentuk penguatan karakter dan nasionalisme bagi warga binaan.
Menurut dia, tema kegiatan "Tangguh Dalam Cobaan, Tumbuh dalam Pembinaan" menggambarkan proses pemasyarakatan yang tidak hanya fokus pada pemidanaan.
"Pembinaan pemasyarakatan juga melalui pembentukan karakter kuat dan berdaya guna," katanya pada Selasa (15/7/2025).
Baca Juga: Berkat Program Speling, Banyak Penyakit Terdeteksi Secara Dini
Pemilihan Nusakambangan sebagai lokasi perkemahan tentu memiliki makna tersendiri. Di tengah alam yang sarat dengan nilai sejarah dan pengabdian, para warga binaan diajak untuk merenung dan membangun kembali komitmen mereka.
Ini adalah upaya mengubah paradigma bahwa pemasyarakatan bukan sekadar penghukuman, melainkan sebuah proses pembinaan yang humanis.
Ia menyebut kegiatan perkemahan ini menjadi simbol dalam membangun karakter warga binaan dengan nilai kesetiaan, pengabdian, dan tanggung jawab moral.
Melalui kegiatan kepramukaan, para peserta tidak hanya diajarkan baris-berbaris atau mendirikan tenda. Mardi juga menekankan tentang nilai disiplin, kepemimpinan, kerja sama, serta kepedulian sosial melalui kegiatan kepramukaan.
Aktivitas seperti bakti sosial, pentas seni, hingga materi kebangsaan menjadi menu utama selama perkemahan.
"Sejalan dengan tujuan pemasyarakatan untuk membentuk warga binaan menjadi pribadi yang sadar hukum, mandiri, dan mampu kembali ke masyarakat sebagai pribadi yang lebih baik," katanya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Ban Motor Anti Slip dan Tidak Cepat Botak, Cocok Buat Ojol
- 5 Mobil Bekas Senyaman Karimun Budget Rp60 Jutaan untuk Anak Kuliah
- Jordi Cruyff Sudah Tinggalkan Indonesia, Tinggal Tandatangan Kontrak dengan Ajax
- 5 Shio yang Diprediksi Paling Beruntung di Tahun 2026, Ada Naga dan Anjing!
- 5 Sabun Cuci Muka Wardah untuk Usia 50-an, Bikin Kulit Sehat dan Awet Muda
Pilihan
-
Google Munculkan Peringatan saat Pencarian Bencana Banjir dan Longsor
-
Google Year in Search 2025: Dari Budaya Timur hingga AI, Purbaya dan Ahmad Sahroni Ikut Jadi Sorotan
-
Seberapa Kaya Haji Halim? Crazy Rich dengan Kerajaan Kekayaan tapi Didakwa Rp127 Miliar
-
Toba Pulp Lestari Dituding Biang Kerok Bencana, Ini Fakta Perusahaan, Pemilik dan Reaksi Luhut
-
Viral Bupati Bireuen Sebut Tanah Banjir Cocok Ditanami Sawit, Tuai Kecaman Publik
Terkini
-
SIG Dukung Batam Jadi Percontohan Pengembangan Fondasi Mobilitas & Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan
-
Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Bagian Tengah Kirim 29 AMT untuk Pemulihan Suplai di Sumatera
-
4 Link Saldo DANA Kaget Jumat Berkah: Raih Kesempatan Rp129 Ribu!
-
Skandal PSSI Jateng Memanas: Johar Lin Eng Diduga Jadi 'Sutradara' Safari Politik Khairul Anwar
-
8 Tempat Camping di Magelang untuk Wisata Akhir Pekan Syahdu Anti Bising Kota