Budi Arista Romadhoni
Rabu, 13 Agustus 2025 | 17:26 WIB
Ilustrasi menu program makan bergizi gratis alias MBG. Siswa dan guru di Sragen keracunan. (ist)

SuaraJawaTengah.id - Peristiwa keracunan massal dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kecamatan Gemolong, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, menunjukkan skala yang mengkhawatirkan.

Data terbaru menyebut jumlah korban terus bertambah hingga mencapai 251 orang, yang terdiri dari siswa, guru, hingga orang tua murid.

Insiden serius ini memaksa Pemerintah Provinsi Jawa Tengah turun tangan, menghentikan sementara program, dan melakukan investigasi mendalam.

Gubernur Jawa Tengah, Ahmad Luthfi, menegaskan bahwa peristiwa ini menjadi evaluasi serius.

Sembari menunggu hasil uji laboratorium terhadap sampel makanan, program MBG yang bersumber dari dapur umum terkait dihentikan total untuk mencegah jatuhnya korban lebih lanjut.

"Kita berhentikan dulu MBG-nya. Kita sudah buka posko terkait dengan kesehatan 24 jam. Sampai hari ini tidak ada yang dirawat inap, ia hanya rawat jalan. Hasilnya kita lab-kan. Tetapi kondisi anak-anak kita sudah sehat semua," kata Ahmad Luthfi saat ditemui di kampus Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, pada Rabu (13/8/2025).

Keracunan massal ini terjadi setelah para korban menyantap menu berupa nasi kuning, ayam suwir, telur suwir, orek, sayur timun, dan susu kotak pada Senin (11/8/2025).

Tak lama setelah itu, para korban yang tersebar di beberapa sekolah seperti SMPN 1, SMPN 2, dan sejumlah SDN di Gemolong, mulai merasakan gejala mual, sakit perut, pusing, hingga muntah.

Bahkan, beberapa siswa melaporkan keanehan pada makanan yang mereka konsumsi, seperti nasi yang terlalu asin dan sayuran yang tampak rusak.

Baca Juga: Percepatan Program MBG di Jateng, Pemprov Bakal Optimalisasi Aset Jadi Dapur Khusus

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, Yunita Dyah Suminar, sebelumnya mengonfirmasi ada sekitar 196 anak yang mengalami gejala keracunan.

Menurutnya, seluruh korban mengalami gangguan pencernaan ringan dan telah mendapatkan penanganan medis tanpa perlu rawat inap.

"Rawat jalan, tidak ada yang rawat inap, karena gangguan pencernaan ringan. Tetapi untuk penyebabnya memang belum diketahui. Sampel makanannya sekarang diperiksa di provinsi untuk melihat apa penyebabnya," katanya.

Pemerintah Kabupaten Sragen, melalui Bupati Sigit Pamungkas, juga telah mengambil langkah cepat dengan menutup sementara dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Mitra Mandiri Gemolong-1 yang bertanggung jawab atas penyediaan makanan tersebut.

Insiden ini turut mendapat perhatian dari Badan Gizi Nasional (BGN).

Kepala BGN, Dadan Hindayana, menyatakan akan memperketat Standar Operasional Prosedur (SOP) program MBG secara nasional, mulai dari pemilihan bahan baku, proses memasak, hingga distribusi untuk memastikan makanan aman dan berkualitas.

Load More