Budi Arista Romadhoni
Selasa, 30 September 2025 | 11:27 WIB
Peristiwa Gerakan 30 September 1965 (G30S PKI)
Baca 10 detik
  • Dr. Lim Joe Thay, dokter forensik muda, terlibat langsung autopsi jenazah tujuh pahlawan revolusi pasca G30S.
  • Hasil autopsi membantah isu mutilasi keji, luka yang ada dominan akibat tembakan dan proses pembusukan.
  • Fakta medis tidak dipublikasikan, propaganda penyiksaan tetap disebarkan demi kepentingan politik rezim.

SuaraJawaTengah.id - Peristiwa Gerakan 30 September 1965 (G30S PKI) menjadi salah satu tragedi paling kelam dalam sejarah bangsa Indonesia.

Tujuh perwira tinggi Angkatan Darat menjadi korban, dan kisah tentang bagaimana mereka ditemukan serta diperiksa secara medis masih menyisakan tanda tanya hingga kini.

Di balik layar, ada sosok dokter forensik yang menyaksikan langsung kondisi jenazah para pahlawan revolusi tersebut. 

Dialah Dr. Lim Joe Thay, seorang dokter muda kala itu, yang terlibat langsung dalam proses autopsi dan merekam pengalaman berharga sekaligus menegangkan yang jarang diketahui publik sebagaimana dikutip dari YouTube Roudhoh Channel. . 

1. Bermula dari Kehadiran Banyak Tentara 

Malam 4 Oktober 1965 menjadi salah satu titik balik dalam sejarah hidup Dr. Lim Joe Thay. Saat itu, lebih dari 20 tentara datang dengan truk ke rumahnya di kawasan Glodok, Jakarta.

Ibunya sempat panik, mengira anaknya ditangkap karena terlibat dalam gerakan komunis. Namun ternyata, tentara itu membawa surat dari Prof. Sutomo Chokronegoro. Surat tersebut memintanya segera ke RSPAD Gatot Subroto untuk membantu melakukan autopsi terhadap tujuh perwira tinggi Angkatan Darat yang gugur pada peristiwa G30S.

2. Suasana Mencekam di Jakarta

Jakarta kala itu masih diselimuti jam malam. Jalanan penuh pos penjagaan, dengan tentara yang siap menodongkan senjata jika ada gerakan mencurigakan.

Baca Juga: Terungkap! 5 Alasan Mengejutkan di Balik Popularitas PKI di Pemilu 1955

Dr. Lim, yang masih muda dan baru lulus sebagai spesialis forensik, diantar dengan truk tentara menuju rumah sakit. Ia duduk di depan, sementara pikirannya diliputi rasa takut.

Untungnya, perjalanan itu berakhir selamat. Sesampainya di RSPAD, ia langsung bertemu gurunya, Prof. Sutomo, serta rekannya, Dr. Ferry Liao Yansiang.

3. Kondisi Jenazah Para Jenderal

Di ruang autopsi, Dr. Lim menyaksikan langsung kondisi jenazah yang sudah membusuk setelah tiga hari di dalam sumur Lubang Buaya. Meski demikian, jenazah masih berpakaian lengkap.

Setiap detail diperiksa, mulai dari gigi hingga kondisi pakaian. Ia bahkan mengenali Jenderal Ahmad Yani dari kelainan giginya. Pada jenazah tersebut, bola mata sudah terlepas akibat kepala lebih dulu masuk ke air dalam sumur.

Sisa pecahan kaca di piyama Jenderal Ahmad Yani juga masih menempel, bukti ia ditembak di depan pintu kaca rumahnya.

Load More