- Tahu Gimbal adalah hasil akulturasi budaya Jawa dan Tionghoa yang lahir di Semarang pada abad ke-19.
- Nama 'gimbal' berasal dari bentuk bakwan udang yang acak dan juga melambangkan filosofi persatuan rasa.
- Popularitasnya meroket sejak 1970-an, dipelopori oleh pedagang legendaris dan kini menjadi ikon kota.
SuaraJawaTengah.id - Sepiring Tahu Gimbal tersaji hangat di hadapan mata. Perpaduan lontong, tahu goreng, irisan kol, dan gimbal udang yang renyah disiram saus kacang petis berwarna cokelat pekat.
Namun, di balik kelezatan yang akrab di lidah ini, tersimpan narasi panjang tentang akulturasi budaya dan daya cipta masyarakat Semarang yang membentuknya menjadi ikon kuliner tak terbantahkan.
Jejak Tahu Gimbal dapat dilacak hingga ke denyut nadi Semarang sebagai kota pelabuhan pada abad ke-19.
Kawasan pesisir ini menjadi titik temu berbagai etnis, terutama masyarakat Jawa dan Tionghoa, yang interaksinya melahirkan budaya peranakan yang kaya. Dari dapur-dapur inilah, cikal bakal Tahu Gimbal dipercaya lahir.
Dilansir dari berbagai sumber, hidangan ini merupakan cerminan sempurna dari perkawinan dua budaya.
Penggunaan tahu yang lembut adalah warisan kuliner Tionghoa, sementara saus kacang yang dicampur petis udang merupakan ciri khas cita rasa pesisir Jawa.
Kombinasi inilah yang menciptakan fondasi rasa yang unik dan membedakannya dari hidangan serupa di daerah lain.
Nama 'Gimbal' sendiri merujuk pada bakwan udang yang digoreng acak hingga bentuknya menyerupai rambut gimbal.
Bentuknya yang tak beraturan namun menyatu dalam adonan tepung dan udang menjadi asal-usul penamaan yang ikonik ini.
Baca Juga: 7 Fakta Menarik tentang Kampung Mangut di Semarang
Selain narasi akulturasi budaya, ada pula versi sejarah yang mengaitkan kemunculan Tahu Gimbal dengan era keterbatasan pada masa pendudukan Jepang.
Kelangkaan bahan pangan memaksa masyarakat untuk berkreasi dengan apa yang ada. Tahu dan tepung menjadi sumber protein dan karbohidrat yang terjangkau, diolah sedemikian rupa untuk menciptakan makanan yang lezat dan mengenyangkan.
Kunci Rasa pada Saus dan Filosofi Persatuan
Keistimewaan Tahu Gimbal tak akan lengkap tanpa membahas saus kacangnya yang legendaris.
Penggunaan petis udang berkualitas menjadi rahasia utama yang memberikan aroma khas dan kedalaman rasa gurih-manis yang kompleks. Saus inilah yang berfungsi sebagai "pemersatu" dari semua komponen yang ada di dalam piring.
Secara filosofis, kata "gimbal" yang berarti gumpalan atau kumpulan, dimaknai sebagai simbol harmoni.
Berita Terkait
Terpopuler
- Naksir Avanza Tahun 2015? Harga Tinggal Segini, Intip Pajak dan Spesifikasi Lengkap
- 5 Krim Kolagen Terbaik yang Bikin Wajah Kencang, Cocok untuk Usia 30 Tahun ke Atas
- 7 Rekomendasi Ban Motor Anti Slip dan Tidak Cepat Botak, Cocok Buat Ojol
- 5 Mobil Bekas Senyaman Karimun Budget Rp60 Jutaan untuk Anak Kuliah
- 5 Rekomendasi Bedak Waterproof Terbaik, Anti Luntur Saat Musim Hujan
Pilihan
-
Google Munculkan Peringatan saat Pencarian Bencana Banjir dan Longsor
-
Google Year in Search 2025: Dari Budaya Timur hingga AI, Purbaya dan Ahmad Sahroni Ikut Jadi Sorotan
-
Seberapa Kaya Haji Halim? Crazy Rich dengan Kerajaan Kekayaan tapi Didakwa Rp127 Miliar
-
Toba Pulp Lestari Dituding Biang Kerok Bencana, Ini Fakta Perusahaan, Pemilik dan Reaksi Luhut
-
Viral Bupati Bireuen Sebut Tanah Banjir Cocok Ditanami Sawit, Tuai Kecaman Publik
Terkini
-
SIG Dukung Batam Jadi Percontohan Pengembangan Fondasi Mobilitas & Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan
-
Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Bagian Tengah Kirim 29 AMT untuk Pemulihan Suplai di Sumatera
-
4 Link Saldo DANA Kaget Jumat Berkah: Raih Kesempatan Rp129 Ribu!
-
Skandal PSSI Jateng Memanas: Johar Lin Eng Diduga Jadi 'Sutradara' Safari Politik Khairul Anwar
-
8 Tempat Camping di Magelang untuk Wisata Akhir Pekan Syahdu Anti Bising Kota