“Bulan lalu entah kenapa saya benar-benar merasa jenuh. Saya merenung apakah suatu saat nanti saya akan mati di jalanan pula dalam keadaan tidak mengingat pencipta saya?” terang Tumpi.
“Apakah dosa-dosa kepada orang tua saya selama ini dapat diampuni pula? Hingga akhirnya, saya memberanikan diri bertemu dengan Kepala Satuan Koordinator Rayon (Kasat Koryon) Banser Banjarsari, Ustaz Sigit Setiawan untuk meminta bimbingan,” ujarnya.
Tumpi lantas memantapkan diri untuk benar-benar kembali ke jalan Allah. Selang beberapa lama, ia mengetahui Banser Kota Solo akan menggelar Pendidikan Latihan Dasar (Diklatsar). Ia pun mendaftar untuk bergabung bersama para penjaga kiai itu.
Selama tiga hari Tumpi ditempa dengan wawasan kebangsaan dan berbagai ajaran agama. Air matanya tak terbendung mengetahui keindahan Islam yang tidak ia pedulikan lebih dari separuh hidupnya. Kini ia berprinsip meninggalkan masa lalunya dan berjuang di jalan Allah.
Baca Juga:Sebelum Bunuh Anak, Putri Sering Ribut dengan Suami yang Mantan Preman
Tumpi mengaku belum menguasai cara salat dan sama sekali tidak bisa membaca Alquran. Namun, ia bertekad untuk memperbaiki diri menjadi sosok manusia yang berguna bagi sesama. Bukan ditakuti karena tato di wajahnya.
“Saya besar di jalanan, kini tugas saya mengajak teman-teman saya di jalanan untuk bertobat memohon ampunan Allah,” ujarnya.
Kini, Indra Baskoro telah resmi menjadi anggota Barisan Ansor Serbaguna Nahdlatul Ulama (Banser) Kota Solo. Dia pun rajin ke Masjid Al-Fath di Bibis Wetan, Gilingan, Banjarsari, Kota Solo yang berada persis di depan rumahnya untuk beribadah.
Kasat Koryon Banser Banjarsari, Ustaz Sigit Setiawan, menjelaskan ia telah mengenal Indra Baskoro sejak ia kecil yang memang sulit diatur.
Ia mengaku sangat bersyukur ketika Indra Baskoro ingin benar-benar bertobat dan mempelajari ilmu agama secara benar. Kini ia bertanggung jawab membimbing Indra Baskoro menjalankan syariat Islam dengan benar.
Baca Juga:Prajurit TNI Dipukul Preman Pakai Linggis saat Belanja di Pasar Sukaramai