Cari Fakta Plagiasi, Mahasiswa Unnes Diintimidasi Kampus Hingga ke Rumah

Niat baik para aktivis mahasiswa untuk mendorong agar kasus dugaan plagiasi tersebut cepat selesai malah dibalas dengan kebijakan represi dan intimidasi.

Chandra Iswinarno
Senin, 09 Maret 2020 | 14:44 WIB
Cari Fakta Plagiasi, Mahasiswa Unnes Diintimidasi Kampus Hingga ke Rumah
Presiden BEM KM Unnes Fajar Ahsanul Hakam dan Wakil Presiden BEM KM Unnes Didik Armansyah. [Suara.com/ Dafi Yusuf].

SuaraJawaTengah.id - Air susu dibalas air Tuba', perasaan itu mungkin yang dirasakan oleh aktivis mahasiswa Universitas Negeri Semarang (Unnes). Bola panas dugaan kasus plagiasi oleh Rektor Unnes Fathur Rakhman kini justru berdampak buruk pada para aktivis mahasiswa.

Niat baik para aktivis untuk mendorong agar kasus dugaan plagiasi tersebut cepat selesai malah dibalas dengan kebijakan represi dan intimidasi. Bahkan, beberapa mahasiswa didatangi ke rumahnya oleh pejabat kampus dan diancam dicabut Beasiswa Bidikmisinya.

Presiden Mahasiswa Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM) Unnes Muhammad Fajar Ahsanul Hakim mengatakan, kebijakan represi pejabat Unnes sudah terjadi saat BEM memfasilitasi debat terbuka antara rektor Unnes, Fathur Rakhman dengan Sucipto Hadi Purnomo soal dugaan penghinaan kepada Presiden Joko Widodo.

Saat itu, pihaknya sudah mendapatkan izin untuk menggunakan ruang Gedung Graha Cendikia FT Unnes. Namun, tiba-tiba dari pihak kampus membatalkan secara sepihak pemijaman ruangan tepat saat hari dilaksanakannya acara debat pada 20 Febuarai 2020.

Baca Juga:Rektor Unnes Tantang Balik Sucipto Debat Soal Penghinaan Terhadap Presiden

"Wakil Dekan III FT Wirawan, tiba-tiba mengantarkan surat pembatalan peminjaman tempat Gedung Graha Cendikia FT secara mendadak tanpa keterangan apapun," katanya saat ditemui Suara.com di Semarang, Senin (9/3/2020).

Tidak sampai di situ, pascadebat, Fajar dihubungi Wakil Rektor III Abdurrahman untuk bertemu dengannya pada pukul 11.00 WIB. Namun Fajar menolak karena sedang perjalanan menuju Demak untuk pulang.

"Tidak berselang lama, diam-diam ternyata Wakil Dekan III FE Kus Muryanto mengikutinya hingga sampai Demak. Padahal saya tidak pernah bilang ke Wakil Dekan III FE, kalau saya akan ke Demak. Saat itu, saya hanya bilang ke Wakil Rektor III. Bahkan, saat itu saya tidak bilang mau pulang ke rumah, hanya bilang ke Demak," paparnya.

Karena mengetahui sedang diikuti, Fajar mempercepat laju kendaraannya hingga Wakil Dekan III FE yang mengikutinya kehilangan jejaknya. Saat itu, Fajar langsung ke rumah kakeknya karena kebetulan sedang acara, sementara yang di rumah merupakan ibu Fajar.

"Saat bertemu dengan ibu saya, apa yang dibicarakan lebih mengarah ke tendensius, seperti memperingatkan anaknya untuk hati-hati, ada banyak ancaman dan lain sebagaimanya. Arahnya agar ibu saya menjaga agar dia tidak salah langkah, nama baik kampus harus dijaga, hati-hati masa depannya kurang baik dan lain sebagainya," katanya.

Baca Juga:Pakar Linguistik UGM: Dosen Unnes yang Dinonaktifkan Cenderung Hina Jokowi

Senasib dengan Fajar, Wakil Presiden BEM KM Unnes Didik Armansyah juga mengalami perlakuan serupa. Tindakan represi dan intimidasi oleh pihak kampus tidak hanya lakukan kepadanya namun juga dilakukan kepada keluarganya.

Fajar mulai merasakan terdapat sesuatu yang janggal saat ia sedang pergi ke Jogja pada 27 Febuari 2020 untuk bertemu dengan Ombudsman Republik Indonesia (ORI) Perwakilan DIY dan Rektor Universitas Gajah Mada (UGM). Saat itu, ia bersama 17 mahasiswa Unnes yang lain mendorong agar dugaan plagiat yang melibatkan Rektor Unnes segera diselesaikan.

"Saya saat di Jogja sudah ditelepon Wakil Dekan III FT agar segera ketemu dengannya. Karena kesibukannya di BEM dan kebetulan juga sedang KKN saya tidak bisa ketemu," paparnya.

Karena tidak dapat bertemu dengan Didik, akhirnya pada 28 Febuari 2020, Wakil Dekan III FT mendatangi rumah Didik. Saat tiba di rumahnya, Wakil Dekan III FT bertemu dengan ibunya. Ia sendiri heran, padahal jarak Semarang ke Cilacap butuh waktu delapan jam.

"Saat bertemu ibu saya, Wirawan berpesan; 'Bu, Didik sekarang sudah semester delapan, harus fokus kuliah, tidak usah banyak kegiatan, tidak usah ikut dunia perpolitikan seperti itu.' Intinya, agar cepat lulus biar bisa kerja bahagiakan orang tua. Nanti kalau beasiswanya dicabut kan ibu tidak bisa bayar kan? Sampai kayak gitu. Kan saya agak marah juga. Kenapa sampai segitunya yang dilakukan ke ibunya,” paparnya.

Tidak hanya itu, Wirawan juga mengirim pesan melalui WhatsApp kepada Didik yang bernada tendensius.

"Orang tua kamu berpesan agar kamu kuliah, karena bila Beasiswa Bidikmisimu dicabut, ibumu tidak sanggup membiayai. Kamu ke Jogja yang menyuruh dan yang membiayai siapa? Kamu telah membela orang yang salah," imbuhnya.

Bahkan sebelum bertolak ke Jogja, ia dan Fajar, sempat disidang dikelilingi seluruh Wakil Dekan III dan staf kemahasiswaan pada Senin 24 Febuari 2020. Sebenarnya, pada tanggal 21 Febuari mereka sudah mendapatkan panggilan.

Saat disidang, mereka disuruh untuk diam, menurut para dekan, mahasiswa tidak perlu ikut politik. Mahasiswa fokus saja ke akademik dan prestasi. Bahkan, saat itu juga terdapat beberapa dekan yang mangaku bahwa mereka juga ditekan oleh atasan.

"Saya sempat bertanya, bapak-bapak di sini juga mantan aktifis, saya kira paham juga dinamika yang ada. Apakah bapak juga diancam dari atasan? Saat itu, terdapat beberapa Wakil Dekan III yang mengaku dichat dan juga ditekan oleh pihak kampus dengan perkataan kotor seperti, 'Wakil Dekan Goblok' karena tidak bisa mengondisikan mahasiswanya. Namun saat itu mereka tidak memberi tahu yang chat, dia hingga mengeluarkan kata-kata kotor di grup tersebut. Mereka mengaku seperti itu," ungkapnya.

Pasca dari Jogja, sekitar 18 mahasiswa yang ikut ke Jogja,16 mahasiswa diantaranya telah dipanggil oleh masing-masing dekan. Menurutnya, semua yang kelihatan di foto saat perjalanan ke Jogja dipanggil.

Beruntung terdapat grup bagi anggota yang ikut ke Jogja, ia memberi saran jika ada yang mendapat perlakuan represif dari Wakil Dekan III agar bisa menghubunginya.

"Nah semenjak itu, mulai banyak yang menghubunginya karena telah dipanggil oleh Wakil Dekan III. Akhirnya ia memberikan saran agar jangan bertemu dulu,karena ia tau jika mahasiswa tersebut bertemu dengan Wakil Dekan III tanpa didampingioleh temannya atau BEM Fakultas ia akan mendapatkan intimidasidari pihak kampus," ucapnya.

Setelah dari Ombudsmen dan UGM, Fajar dan Didik menerima laporan positif bahwa proses analisis dugaan plagiasi disertasi sudah selesai. Bahkan, rektor UGM memberi kepastian batas maksimal pengumuman hasil sampai 1 April 2020.

Sampai berita ini diterbitkan, Suara.com sudah berusaha untuk menghubungi Wakil Dekan III FE Kus Muryanto dan Wakil Dekan III FT Wirawan. Namun, keduanya belum merespon.

Kontributor : Dafi Yusuf

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini