Semburan Lumpur Panas di Blora, Ini Kata Ahli Geologi Unsoed

Sisi positifnya saat terjadi semburan lumpur panas, ada potensi hasilkan gas dan minyak bumi

Budi Arista Romadhoni
Rabu, 02 September 2020 | 10:21 WIB
Semburan Lumpur Panas di Blora, Ini Kata Ahli Geologi Unsoed
Kondisi setelah semburan lumpur di Kesongo, Kabupaten Blora. [Dok.BPDB Blora]

SuaraJawaTengah.id - Semburan lumpur panas bercampur gas di kawasan Kesongo, Kabupaten Blora merupakan fenomena gunung lumpur atau Mud Volcano. Meletusnya kawah lumpur panas yang mencapai belasan meter itu terjadi pada hari Kamis (27/08/2020).  

Peristiwa tersebut viral di media sosial dan menjadi perhatian masyarakat. Dari semburan lumpur panas itu,  belasan ternak kerbau milik warga sekitar yang sedang digembalakan terjebak hingga mati terkubur lumpur. 

Dosen Teknik Geologi Fakultas Teknik Unsoed Dr. Eko Bayu Purwasatriya, S.T., M.Si memaparkan,  gunung lumpur Kesongo yang terletak di Dukuh Sucen, Desa Gabusan, Kecamatan Jati, Kabupaten Blora, merupakan salah satu gunung lumpur di bawah permukaan bumi. 

“Secara alami, mirip dengan fenomena Bledug Kuwu, Bledug Cangkring, dan Bledug Sedangrejo yang terletak sekitar 15 kilometer di sebelah Barat Kesongo, tepatnya di daerah Grobogan,” kata Bayu, Rabu (2/9/2020). 

Baca Juga:Waduh! Angka Kematian Pasien COVID-19 di Jateng Meningkat 100 Persen

Bayu menambahkan, letusan gunung lumpur Kesongo terjadi ketika gas metan dari bawah permukaan berusaha untuk mencapai permukaan namun terhalang oleh material lumpur. Kemudian ketika tekanan gas metan sudah cukup kuat dan mampu mendorong material lumpur keluar, maka terjadilah letusan gunung lumpur tersebut. 

“Gunung lumpur yang sangat aktif dengan letusan yang kecil-kecil cenderung lebih aman dari letusan yang besar, karena tekanan gas di bawah permukaan bumi sudah dikeluarkan ke permukaan. Namun demikian, masyarakat diharapkan tetap waspada dan jangan beraktifitas terlalu dekat dengan kawah gunung lumpur yang ada di daerahnya terutama yang jarang aktif letusannya,” kata Bayu.

Adapun proses terjadinya gunung lumpur, menurut Bayu, yaitu akibat adanya sedimen lumpur yang diendapkan secara cepat jutaan tahun yang lalu. Pengendapan yang cepat menyebabkan sedimen lumpur yang masih banyak kandungan airnya terkubur dan tertekan oleh sedimen di atasnya. 

Proses tektonik juga ikut berperan menekan sedimen lumpur tersebut sehingga sedimen lumpur mencari jalan keluar ke permukaan melalui rekahan-rekahan yang ada di atasnya. 

Adanya kandungan gas bumi berupa gas metan yang bercampur dengan sedikit Karbondioksida dan Nitrogen juga menambah tekanan lumpur di bawah permukaan, sehingga menghasilkan letusan lumpur tersebut.

Baca Juga:Semburan Lumpur Kesongo Disebut Aman, ESDM Jateng: Bisa jadi Tempat Wisata

“Sisi positifnya adalah bahwa daerah ini umumnya sangat potensial menghasilkan minyak dan gas bumi,” kata Bayu yang juga ahli Geologi Minyak dan Gas Bumi. 

Menurutnya, dengan teknologi dan pengetahuan yang baik tentang geologi daerah tersebut, maka akan dapat diproduksi dengan aman minyak dan gas bumi. 

“Seperti yang telah dilakukan oleh beberapa perusahaan minyak yang sudah memproduksi migas di sekitar gunung lumpur tersebut,” ucapnya. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini