Makam Tenggelam di Semarang, Warga Pernah Temukan Tengkorak Mengambang

Abrasi sudah menjadi masalah harus dihadapi wilayah pesisir Semarang, tidak hanya rumah yang tenggelam, pemakaman juga sudah mulai digenangi air laut

Budi Arista Romadhoni
Selasa, 02 Februari 2021 | 13:44 WIB
Makam Tenggelam di Semarang, Warga Pernah Temukan Tengkorak Mengambang
Kondisi makam yang tenggelam di Tambaklorok Kota Semarang (suara.com/Dafi Yusuf)

SuaraJawaTengah.id - Wilayah Tambakrejo, Kota Semarang terdapat satu daerah yang hilang. Daerah tersebut hanya menyisakan bangunan mati dan makam hingga warga menyebutnya tanah yang hilang.

Sekitar 50 meter sebelum bibir makam, terlihat banyak tiang-tiang bambu yang tertancap. Tiang bambu tersebut menjadi penanda talud pencegah abrasi yang dahulu dibuat untuk menghalangi air laut masuk ke permukiman warga.

Pembuatan talud dilakukan lebih dari sekali. Namun karena kondisi air laut yang terus naik dan dibarengi dengan penurunan tanah, membuat talud tersebut hancur menyisakan bangunan kosong dan puluhan makam.

“Beberapa nisan, baik terbuat dari semen batu maupun dari kayu, terlihat sudah dicabut. Ada juga yang dipinggirkan di daratan,” kata warga Tambakrejo, Sabar kepada SuaraJawaTengah.id, Selasa (2/2/2021).

Baca Juga:Antisipasi Hujan Abu Merapi, Candi Asu dan Candi Pendem Ditutup Plastik

Sabar juga mempunyai empat saudara yang masih dibiarkan di makam tersebut. Meski tak tega, Sabar terpaksa membiarkannya karena tak sanggup membayar biaya pemindahan makam.

Untuk memindahkan jenazah di makam Tambakrejo tak seperti di makam pada umumnya. Terkadang jenazah bisa bergeser ke makam sebelah bahkan hilang karena terseret ombak ke tengah laut.

"Saat mencari ikan, Saya juga pernah menemukan tengkorak di permukaan makam tersebut. Saya sampai terngiang-ngiang karena terus terbayang-bayang," ujarnya.

Langkah pencegahan, dengan menanam mangrove sebenarnya sudah pernah diupayakan. Sayangnya, kesadaran tersebut datang ketika laut sudah mulai menenggelamkan bibir laut Tambakrejo.

"Sebenarnya, lokasi itu sudah ditanami mangrove, baik oleh warga maupun para aktivis lingkungan. Tapi itu terjadi setelah abrasi parah menerjang. Laju abrasi lebih cepat dari pertumbuhan mangrove," katanya.

Baca Juga:Berada di Lereng Merapi, Boyolali akan Memiliki Stadion Berstandar FIFA

Sabar menambahkan, mulai tahun 2014 TPU tersebut sudah tidak dipergunakan sebagai tempat pemakaman mengingat kondisi air laut yang semakin meninggi.

"Kalau pas rob di sini tenggelam semua. Tak ada yang kelihatan nisannya," ujar dia.

Jika warga yang akan berziarah harus menggunakan perahu kecil untuk mencapai lokasi makam. Sebagian warga ada yang sengaja menancapkan bilah bambu sebagai penanda makam sanak saudaranya.

Dengan demikian saat rob muncul tidak sulit mencari makam untuk diziarahi.

"Tancapkan bilah bambu yang diberi nama. Gunanya kalau saat ziarah bersamaan dengan rob. Tanda makamnya ya bilah bambu itu. Tapi kadang bilah bambunya hilang kalau nggak kuat diterjang ombak," katanya.

Jika dilihat, bekas sisa-sisa kehidupan di tempat tersebut masih ada, seperti bangunan pom pertamina dan Tempat Penampungan Ikan (TPI) juga masih  terlihat atapnya.

Menurut Sabar, dulunya TPI tersebut merupakan pusat penampungan ikan di daerah Tambakrejo. Sebelum rob, tempat tersebut selalu ramai karena langsung berdekatan dengan bibir laut.

Sementara,  pom pertamina tersebut disediakan digunakan untuk mengisi bahan bakar kapal dan bahan bakar kendaraan umum yang ada di sekitar TPI.

“Sudah banyak yang berubah. Bahkan di sini dulu sangat ramai. Dulu mobil truck bisa lewat sini. Wong jalannya itu lebarnya 12 meter kok,” jelasnya sembari menuding bekas jalan yang sudah hilang.

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) memeprkirakan, beberapa kawasan pesisir akan naik 25 hingga 50 cm pada tahun 2050 dan 2100.

Berdasarkan riset LIPI, perubahan iklim global menjadi ancaman serius bagi warga kawasan pesisir. Salah satunya adalah Kota Semarang.

Kondisi ini diperparah dari total hutan mangrove di Jawa Tenga seluas 56 ribu hektare hanya 22 persen yang kondisinya bagus.

Berdasarkan data Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, hutan mangrove Jawa Tengah tersebar di 13 kabupaten wilayah pantai utara, dan tiga kabupaten di pantai selatan Jateng.

Jika keberadaan hutan mangrove yang membentang di pesisir pantai utara Rembang hingga Brebes, serta pantai selatan yang meliputi Cilacap, Purworejo, dan Kebumen.

Kontributor : Dafi Yusuf

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini