SuaraJawaTengah.id - Vaksin Nusantara yang digagas oleh eks Menteri Kesehatan dr Terawan Agus Putranto diklaim dapat memproduksi 10 juta dosis vaksin untuk Covid-19 setiap bulannya.
Perwakilan peneliti Vaksin Nusantara, Yetty Movieta Nancy mengatakan jika berdasarkan pernyataan dr Terawan, Vaksin Nusantara nantinya akan dapat diproduksi 10 juta dosisi dalam satu bulan.
"Kalau kata Pak Terawan kemarin produuksinya bisa mencapai 10 juta dosis setiap bulannya," jelasnya kepada awak mediia ketika bertemu di RSUP Kariadi Semarang, Rabu (17/2/2021).
Dia menjelaskan jika vaksin Covid-19 yang diproduksi di RSUP Kariadi itu menggunakan bahan serum darah dan antigen yang diambil dari setiap penerima vaksin.
Baca Juga:Lepas Jabatan Menteri Kesehatan, Terawan: Jadi Mantri, Boleh Nyuntik Orang
"Jadi vaksin tersebut diambil dari bahan serum darah dan antigen yang diambil dari penerima vaksin," ujarnya.
Vaksin Nusantara disebut lebih aman karena bahan serum darah diambil dari tubuh pasien sendiri. Dengan begitu vaksin tersebut tak akan ada campuran bahan-bahan dari luar.
"Lebih aman karena darah kita sendiri yang diambil jadi vaksin. Tak ada bahan tambahan dari binatang juga, jadi lebih aman dan halal," imbuhnya.
Selain itu, Vaksin Nusantara bisa menjadi pelengkap dari vaksin-vaksin sebelumnya yang tak dapat digunakan orang yang menderita penyakit seperti kanker dan diabetes.
"Vaksin ini bisa dijadikan alternatif buat yang tak dapat vaksin kemarin. Pasien yang mempunyai penyakit kanker, diabetess bisa divaksiin melalui vaksin ini," ujarnya.
Baca Juga:Mantan Menkes Terawan Agus Putranto: Saya Minta Maaf
Vaksin tersebut menggunakan teknologi sel Dendritik di mana satu vaksin dibuat hanya diperuntukkan untuk satu orang sehingga disebut aman bagi orang yang memiliki komorbid.
Meski konsep vaksinasi general diubah menjadi personal, bisa dipastikan produksi massal tetap bisa dilakukan walau sifatnya individual.
Seperti diketahui, Vaksin Nusantara yang digagas oleh mantan Menkes Terawan itu bekerjasama dengan PT. Rama Emerald Multi Sukses (Rama Pharma) bersama AIVITA Biomedical asal Amerika Serikat, Universitas Diponegoro (Undip), dan RSUP Kariadi Semarang.
Kontributor : Dafi Yusuf