SuaraJawaTengah.id - Gedung peninggalan kolonial Belanda Lawang Sewu memang memilki cerita mistis yang diyakini oleh kalangan masyarakat.
Cerita soal adanya ruang bawah tanah Bangunan Lawang Sewu selalu menjadi perhatian bagi masyarakat. Apalagi ditemukan fakta terdapat ruang bawah tanah yang tidak pernah digunakan lagi.
Ruang bawah tana lawang sewu memiliki mitos tersendiri. Salah satunya lorong bawah tanah tersebut dapat menghubungkan antara Lawang Sewu dengan Laut Jawa.
Dilansir dari Ayosemarang.com, Ahli cagar budaya Semarang, Tjahjono Raharjo mengatakan, keberadaan lorong yang ada di bawah Gedung B Lawang Sewu selama ini banyak disalahtafsirkan oleh sejumlah masyarakat.
Baca Juga:Ini Cerita Hotel Jansen Semarang, Pernah Ditinggali Penari Erotis Belanda
"Mitos-mitos yang ada selama ini tentang lorong tersebut sebenarnya tidak benar. Yang pasti, tempat itu bukan lorong bawah tanah," ujar Tjahjono Raharjo, Rabu (10/3/2021)
Adapun tempat yang banyak diyakini lorong bawah tanah tersebut, menurut Tjahjono, hanyalah sebuah basement saja yang dibuat oleh sang arsitek tempo dulu.
"Gaya arsitektur Lawang Sewu memang unik. Sejumlah hal banyak diperhatikan. Contoh lain adalah jendela dan ventilasi yang besar-besar, untuk sirkulasi udaranya gampang masuk ke dalam gedung. Sehingga ruangannya tidak gampang lembab, tidak sumpek," imbuhnya.
Terkait dengan pembangunan Lawang Sewu sendiri, Tjahjono menceritakan, awalnya perusahaan kereta api Hindia Belanda bernama Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS) yang berkantor pusat di Belanda meminta arsitek P DuRieu di Den Haag untuk mendesain gedung kantor baru di Semarang.
"Namun DuRieu keburu meninggal dunia dan penugasan dialihkan kepada Prof dr Jacob F Klinkhamer di Delft dan BJ Ouëndag di Amsterdam," ucapnya.
Baca Juga:Persiapan Piala Menpora, Hari Ini PSIS Semarang Panggil Pemain Lokalnya
Citroen dari tahun 1902 sampai 1915, berada di Soerabaya, bekerja untuk kantor BJ Ouëndag di Amsterdam. Kemudian terlibat juga dalam perencanaan gedung Lawang Sewu di Semarang setelah pada November 1902 DW Hinse datang membawa gambar rencana dan mengawasi pelaksanaan pembangunan gedung Lawang Sewu.
"Mungkin keterlibatan Citroen terutama dalam menyesuaikan desain dengan kondisi setempat. Sedangkan desain sudah dibuat di Belanda," katanya.