SuaraJawaTengah.id - Melahirkan anak sudah menjadi kodrat seorang perempuan. Melalui vagina, seorang perempuan akan melahirkan bayi yang ia kandung selama sembilan bulan.
Namun, dengan melahirkan secara normal kebanyakan wanita akan berfikir masalah kepuasan seksual dengan pasanganya akan berkurang.
Tak sedikit, seorang perempuan yang akhirnya tidak sedikit pada ibu yang memutuskan untuk operasi sesar dan menghindari melahirkan normal demi menjaga kepuasan seksual dikemudian hari. Benarkah demikian?
Dokter spesialis kandungan dari Klinik Health 360 Indonesia, dr. Ivan Maurits Sondakh, Sp.OG, mengatakan tidak ada hubungan antara kelahiran normal dengan kepuasan seksual.
Baca Juga:Mendikbud Nadiem Makarim Siapkan Aturan Cegah Kekerasan Seksual di Kampus
Dalam vagina terdapat otot-otot dan hormon yang dapat membuat organ dan ligamen menjadi lebih rileks. Saat melahirkan secara normal, otot-otot tersebut akan melebar namun akan kembali pada posisi semula.
"Seiring berjalannya waktu akan kembali ke ukuran yang mendekati semula. Kepuasan seksual tidak bergantung pada vagina ini, kadang-kadang ada yang dipengaruhi oleh faktor psikis," ujar dr. Ivan dilansir dari ANTARA Kamis (11/3/2021).
Menurutnya Proses melahirkan secara sesar atau normal pada dasarnya ditentukan atas indikasi medis seorang ibu. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa pada saat melahirkan normal dengan kasus tertentu dapat membuat robekan lebih luas.
"Mungkin kalau lahiran normal ada faktor-faktor lain seperti melahirkan bayi yabg besar, atau robekan cukup luas atau otot tidak tersambung baik mungkin akan menyebabkan gangguan," kata dr. Ivan.
"Tapi secara normal kalau semua berjalan dengan baik tidak ada masalah untuk kepuasaan seksual itu sendiri. Jadi jangan khawatir dia enggak akan berpengaruh," imbuhnya.
Baca Juga:Hari Perempuan Sedunia, Lawan Pelecehan Seksual di Ruang Publik
Faktor kepuasan seksual pasca melahirkan ditentukan oleh beberapa sebab. Menurut dr. Ivan yang paling banyak adalah masalah psikis.
"Setelah melahirkan dia jadi enggak percaya diri untuk melakukan hubungan seksual akhirnya timbul ketidakpuasan," kata dr. Ivan.