BMKG Prediksi Ramadan Terjadi Saat Peralihan Musim, Waspada Cuaca Ekstrim!

Bulan Ramada diperkirakan akan berbarengan dengan peralihan musim hujan ke kemarau

Budi Arista Romadhoni
Rabu, 31 Maret 2021 | 13:16 WIB
BMKG Prediksi Ramadan Terjadi Saat Peralihan Musim, Waspada Cuaca Ekstrim!
Ilustrasi Ramadan saat peralihan musim hujan dan kemarau. (Pixabay/ john peter)

SuaraJawaTengah.id - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kota Semarang memprediksi Bulan Ramadan tahun ini akan menjadi peralihan musim. Hal itu akan menimbulkan cuaca ekstrim.

Kepala Seksi Data Informasi dan Komunikasi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Jateng, Iis Widya Harmoko, mengatakan, Bulan Ramdan akan menjadi bulan peralihan dari musim hujan ke kemarau.

"Bulan Ramadan kali ini akan menjadi musim peralihan, akan ada potensi cuaca ekstrim," jelasnya saat dihubungi suara.com, Rabu (31/3/2021).

Meski mengalami peralihan musim, potensi hujan masih bisa terjadi di Kota Semarang. Berdasarkan analisisnya, pagi sampai siang suhu akan naik dan terasa terik.

Baca Juga:Hendak Ganti Lampu, Tiga Karyawan SPBE di Pemalang Tersengat Listrik

"Kalau pagi sampai siang akan terasa gerah karena suhu naik," uapnya.

Ilustrasi Cuaca Ekstrem (unsplash/@lukavovk)
Ilustrasi Cuaca Ekstrem (unsplash/@lukavovk)

Namun, ketika sore tak menutup kemungkinan di Kota Semarang akan terjadi  hujan. Untuk itu, dia mengingatkan agar warga berhati-hati dan tetp bersiaga.

"Peralihan masih terdapat potensi cuaca ekstrim saat terjadi hujan," ujarnya.

Sebelumnya, dia juga mengatakan puncak musim hujan tahun 2021 ini diperkirakan akan berlangsung hingga awal Maret. Hal itu menyusul masih tingginya intensitas hujan di sejumlah daerah, khususnya di Jateng.

Iis menyebutkan ada beberapa faktor yang menyebabkan intensitas hujan masih cukup tinggi hingga akhir Februari ini. Salah satunya masih berlangsungnya fenomena La Nina dan gelombang massa udara basah seperti MJO.

Baca Juga:Soal Terorisme di Jateng, Ganjar: Tidak ada Dampak di Jawa Tengah

“Lalu pusat tekanan udara rendah, belokan dan adanya daerah pertemuan dan perlambatan kecepatan angin (konvergensi). Lalu masa udara yang labil serta kelembapan udara yang cukup tinggi dari lapisan bawah hingga lapisan atas dapat meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan pada beberapa wilayah di Jateng,” imbuhnya.

Kontributor : Dafi Yusuf

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini