“Paling banyak by order, saya enggak stok. Kalau ada pesanan baru saya buatkan,” jelasnya.
Untuk harganya bervariasi, Muntasir membandrol mulai harga Rp50.000 untuk kaligrafi ukuran kecil, hingga ratusan ribu rupiah untuk ukuran besar.
Itupun tergantung tingkat kesulitan dan kerumitan dari si pemesan. Selain itu, Muntasir hanya menerima pesanan, karena hanya sebagai usaha sampingan.
Mengingat dalam kesehariannya, Muntasir bekerja di salah satu toko onderdil di Kecamatan Juwana.
Baca Juga:Kampung Mural Kaligrafi di Bandung
“Paling selesai kerja dari toko, baru tak buat. Untuk satu karya seni kaligrafi paling tidak membutuhkan waktu dua hari, itu kaligrafi yang paling simpel ya,” imbuhnya.
Pada hari biasa dalam satu bulan, setidaknya Muntasir mampu memproduksi sebanyak 10-15 kaligrafi.
Sedangkan khusus pada bulan suci Ramadan seperti sekarang ini, permintaan cenderung meningkat hingga dua kali lipat.
“Puasa ini meningkat hingga dua kali lipat, sekitar 30-an ada,” jelasnya.
Untuk mendapatkan limbah bambu, Muntasir biasanya mencari di kebun bambu yang berjarak 200 meter dari rumahnya.
Baca Juga:Masjid Baiturrohim Gambiran Tertua di Kabupaten Pati, Ini Kisahnya
Sedangkan untuk limbah kayu yang digunakan sebagi background, ia dapatkan dari potongan kayu bakar.