Ini Alasan WHO Menentang Negara yang Memberikan Dosis Ketiga Vaksin Covid-19

WHO tak setuju adanya kebijakan pemberian dosis ketiga vaksin Covid-19

Budi Arista Romadhoni
Rabu, 25 Agustus 2021 | 14:22 WIB
Ini Alasan WHO Menentang Negara yang Memberikan Dosis Ketiga Vaksin Covid-19
Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus. WHO tak setuju adanya kebijakan pemberian dosis ketiga vaksin Covid-19. (WHO)

SuaraJawaTengah.id - Pemberian vaksin dosis ketiga Vaksin Covid-19 mulai gencar dilakukan di negara maju. Bahkan, kabar berhembus di Indonesia juga sudah melakukan hal itu. 

Padahal pemberian vaksin Covid-19 di seluruh dunia masih sangat kecil. Banyak penduduk yang belum mendapatkan suntikan vaksin untuk memberikan kekebalan tubuh itu. 

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyerukan penangguhan vaksinasi booster atau dosis ketiga Vaksin Covid-19 di negara maju, setidaknya hingga akhir September.

Menyadur dari BBC, Kepala WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengatakan bahwa perlu ada penangguhan dosis ketiga di negara-negara maju, agar sebagian besar vaksin bisa diberikan ke negara-negara berpenghasilan rendah atau yang masih tertinggal dalam program vaksinasinya karena kekurangan pasokan vaksin.

Baca Juga:Pejabat Lapor Jokowi Sudah Dapat Vaksin Ketiga, Kemenkes: Booster Hanya Buat Nakes

"Saya memahami kepedulian semua pemerintah untuk melindungi rakyatnya dari varian Delta. Tetapi kami tidak dapat menerima negara-negara yang telah menggunakan sebagian besar pasokan vaksin global menggunakan lebih banyak lagi," ujar Tedros.

Sejumlah negara, termasuk Israel dan Jerman, telah mengumumkan rencana melakukan vaksinasi dosis ketiga.

Namun Tedros memperingatkan banyak negara yang lebih miskin tertinggal dalam program vaksinasinya.

Seperti Indonesia - yang telah mengalami lonjakan infeksi dan kematian dalam beberapa bulan terakhir karena varian Delta - baru memvaksinasi 7,9% dari populasinya, menurut Our World in Data.

Sementara, di Haiti dan Republik Demokratik Kongo, belum ada penduduk yang menerima dua dosis vaksin.

Baca Juga:Obrolan Jokowi dengan Para Pejabat Bocor, Ternyata Para Pejabat Sudah Vaksin Dosis Ketiga

Menurut WHO, negara-negara berpenghasilan rendah hanya mampu memberikan 1,5 dosis untuk setiap 100 orang karena kurangnya pasokan.

Lebih jauh Tedros mengatakan, penangguhan vaksin booster di negara-negara maju, akan memungkinkan setidaknya 10% populasi di setiap negara untuk mendapatkan vaksinasi.

Ilustrasi vaksinasi Covid-19 di Balikpapan. [Presisi.co]
Ilustrasi vaksinasi Covid-19 di Balikpapan. [Presisi.co]

Mempersempit kesenjangan

Ini adalah seruan keras dari WHO, karena badan tersebut berusaha untuk mempersempit kesenjangan antara negara-negara berpenghasilan tinggi dan berpenghasilan rendah.

Itu ingin 10% orang di setiap negara divaksinasi bulan depan, tetapi target itu tidak mungkin terpenuhi dengan kondisi seperti sekarang.

Sementara itu, Israel telah memulai memberikan vaksin booster kepada penduduknya yang berusia di atas 60 tahun.

Sedangkan Jerman baru saja mengumumkan pada Selasa (03/08), bahwa negara itu akan segera memberikan dosis ketika vaksin Moderna dan Pfizer kepada penduduknya.

Di Inggris, jutaan orang yang diklasifikasikan sebagai kelompok rentan akan mendapatkan vaksin booster pada September mendatang.

Adapun AS belum mengumumkan kebijakan tentang vaksin booster, namun Gedung Putih mengatakan pada Rabu (04/08) bahwa negara itu memiliki dosis yang cukup untuk didistribusikan ke luar negeri dan menjamin seluruh penduduk AS mendapatkan vaksinasi.

"Kami merasa itu pilihan yang keliru, dan kami bisa melakukan keduanya," kata Sekretaris Pers Gedung Putih Jen Psaki.

Ini bukan pertama kalinya Tedros meminta negara-negara kaya untuk menyumbangkan pasokan vaksin ke negara-negara berpenghasilan rendah.

Pada bulan Mei, ia meminta negara-negara kaya untuk menunda rencana memberikan vaksin kepada anak-anak dan remaja, dan sebagai gantinya menyumbangkan persediaan itu.

Tedros mendesak negara-negara untuk memasok lebih banyak vaksin ke skema vaksin global, Covax.

Namun sejumlah negara, termasuk Inggris, tetap melakukan rencana untuk memvaksinasi anak-anak dan remaja.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini