SuaraJawaTengah.id - Sebagian warga Purwokerto, pasti memiliki kenangan tersendiri di sebuah lorong, kompleks Kebondalem, Purwokerto. Medio tahun 2000, lorong tersebut berjajar belasan pedagang kaset Video Compact Disc (VCD) yang memutar lagu saling bersautan.
Suasana riuh pun lekat dengan lokasi tersebut karena memang menjadi pusat warga baik dari dalam maupun kabupaten tetangga untuk mencari film keluaran terbaru pada saat itu.
Memang pedagang tak hanya menjajakan VCD berisi lagu hits saja. Film keluaran terbaru bergenre Superhero maupun action yang kala itu diperankan Rambo sedang digandrungi bapak-bapak yang haus akan hiburan. Terlebih, saat itu tidak ada bioskop yang apdet dengan film terbaru di Purwokerto.
Alhasil, para pedagang VCD meraup untung banyak jikalau ada film layar lebar terbaru. Namun, banyak juga yang menjajakan VCD bajakan.
Baca Juga:Rumah Terduga Teroris di Purwokerto Digeledah Densus 88, Satu Laptop Dibawa Petugas
Karena harga kaset asli hampir 4 kali lipat dari bajakan. Para pembeli pun kebanyakan memilih opsi bajakan. Asalkan ada gambar dan tidak ketinggalan cerita film yang biasanya sekuel.
Kini, suara riuh perlahan sudah mulai lenyap. Bahkan terdengar jelas lirik lagu yang keluar dari sound system milik Fajar Delianto (30). Sebab hanya tersisa dua penjual di lorong tersebut. Itu saja, terkadang yang satu memilih tak membuka lapaknya.
Ia memang tergolong baru sekitar setahun memiliki lapak pribadi. Sebelumnya selama 2 tahun ia berstatus sebagai karyawan penjual VCD. Namun karena bosnya sudah tidak kuat lagi berjualan karena sepi pembeli, Deli memutuskan untuk membeli lapaknya bermodalkan BPKB yang ia sekolahkan ke Bank.
"Saya sempat kerja di Jakarta 4 tahun. Dari tahun 2012, tapi setelah itu pulang kampung. Terus ikut kerja di tukang konveksi sampai akhirnya jualan VCD disini," katanya saat ditemui Suarajawatengah.id, Sabtu (4/9/2021).
Pada saat ia berjualan VCD, masih ada 15 pedagang saingannya. Namun seiring berjalannya waktu karena perkembangan teknologi digital, ditambah pandemi, para pedagang tersebut memilih tutup. Kini hanya Deli dan temannya yang kadang berjualan kadang tutup.
Baca Juga:Disebut Runner-up BOR Covid-19 di Pulau Jawa, Bupati Banyumas Ngamuk: Ngawur Itu!
"Saya pernah tuh dalam sehari terjual sampai Rp 1 juta, sebelum pandemi. Tapi sekarang dalam sehari paling ya laku, tiga sampai lima keping. Cukup buat makan istri dan satu anak saya di rumah," jelasnya.
Tak selalu laku, ia sempat juga mengalami satu hari tanpa pembeli. Oleh sebab itu, pada malam harinya, ia lanjutkan dengan jaga parkir di depan Matahari Store yang berada tidak jauh dari lapaknya.
"Beberapa hari kemarin tidak ada yang beli. Ya hitung-hitung jualan untuk menghibur diri lah. Kalau tidak ada pedagang kaset lorong sini pasti sunyi sekali," terangnya.
Sebenarnya sempat terbersit dalam dirinya ingin usaha lain. Namun, lagi-lagi, ia terkendala modal. Hingga akhirnya ia tidak memiliki pilihan lain. Hitung-hitung menjadi modalnya dalam berbisnis kelak.
"Kalau sekarang saya terkendala modal. Tapi setidaknya saya punya modal pelajaran untuk berbisnis lain jika memang suatu saat sudah tidak ada lagi pembeli VCD," ucapnya.
Dihentikannya kegiatan Pembelajaran Tatap Muka, ternyata berpengaruh banyak terhadap omsetnya. Pasalnya, tidak sedikit pula, para pembeli datang dari pelajar yang mencari kaset senam ataupun lagu-lagu.
"Ya semoga anak sekolah kembali masuk sekolah. Karena banyak pelajar juga yang biasanya membeli kaset VCD senam untuk kegiatan sekolah," harapnya.
Deli mengaku tiap keping kaset vcd yang Ia jual, harganya beragam. Dari Rp 7 ribu sampai Rp 15 ribu. Yang paling mahal adalah kaset kumpulan lagu yang terdapat video klip. Sedangkan termurah adalah Compact Disc yang berisi kumpulan lagu tanpa gambar.
Mahdi Sulistyadi (26) pekerja asal Desa Kedungwringin, Kecamatan Patikraja, Kabupaten Banyumas, saat memilih kaset VCD tengah bernostalgia mengingat masa kecilnya kerap diajak ayahnya membeli kaset.
Ditemui di lokasi, ia mengaku tengah mencari kaset kompilasi lagu. Meski kini hanya dengan gawainya sudah bisa memutar lagu melalui aplikasi YouTube, namun ada kepuasan tersendiri ketika memutar lagu dari VCD.
"Hitung-hitung juga nglarisi pedagangnya. Dahulu waktu kecil ya sering diajak ke sini sama bapak. Ya waktu kecil, pasti nyari kasetnya kaya film Spiderman atau superhero gitu. Karena kan tidak pernah diajak ke bioskop. Nontonnya di rumah bareng sama teman-teman," kenangnya.
Kontributor : Anang Firmansyah