SuaraJawaTengah.id - Perawatan kecantikan kini sudah menjadi gaya hidup setiap orang. Tak hanya perempuan, laki-laki juga kini ikut rajin menjaga kesehatan kulit.
Namun demikian, perawatan tersebut kadang membuat kebanyakan orang menjadi ketergantungan. Apalagi menggunakan skincare dengan produk yang bisa disebut abal-abal, efek samping tentu saja membuat kulit menjadi tidak nyaman.
Chief Scientific Officer DeBiuryn DermaCosmetics Dr. apt. Rendra Pranadipa M.Sc. mengatakan, orang menggunakan skincare bukan tanpa alasan.
Menurut pria yang akrab dipanggil Dipo itu, orang menggunakan produk kecantikan karena ingin menjaga kulitnya. Namun, skincare terkadang memberikan efek samping. Dari alergi kulit, hingga muncul kemerahan pada wajah.
Baca Juga:Biar Nggak Asal Pilih, Brand Skincare Lokal Rilis Aplikasi untuk Deteksi Masalah Kulit
"Overtreat membuat kulit wajah menjadi alergi atau kemerahan. Kulit terlihat lebih putih dan cerah, tetapi skin barrier menipis sehingga kulit wajah menjadi rentan. Maka munculah skincare paradox," kata Dipo di Esthetico Derma Institute, Kota Semarang, Kamis (25/11/2021).
Menurut Dipo, dengan memiliki efek samping itu banyak orang memiliki pikiran tidak ingin ke klinik kecantikan atau berhenti memakai skincare.
"Pakai skincare setiap hari, hasil pertama glowing dll. Tapi hasil kedua jadi ketergantungan. Sampai timbul pemikiran orang tidak mau pakai skincare, tidak mau ke klinik dan anti perawatan," jelasnya.
Dari pemikiran itu, DeBiuryn mencoba untuk mengubah pemikiran skincare menjadi sahabat kulit dan tentu saja tanpa resiko ketergantungan.
"Produk ini pastinya bisa membuat kulit sehat hingga 80 tahun, tapi harapannya tentu lebih dari itu bisa 100 tahun lebih. Kita diatas skincare, yaitu derma-cosmetics. Kita memperhatikan tiga aspek, kemanjuran, keamanan, dan kenyamanan," terangnya.
Baca Juga:Respons Permintaan Banyak Peminat Skincare di Jogja, Sociolla Buka Offline Store di Amplaz
- 1
- 2