“Saya diemong oleh simbah kakung. Mulai diajari pengenalan barongsai sejak kecil. Kakek saya ini telaten dan mengerti cucu mana yang berbakat meneruskan kesenian membuat barongsai,” ujar Sandi.
Menurut Sandi, tidak mudah mempelajari pembuatan barongsai sesuai pakem. Butuh waktu lama belajar agar bisa membuat kerangka dan membentuk wajah barongsai tampak proporsional.
“Barongsai yang sesuai pakem, luwes, dan ganteng itu kayak apa. Nah itu yang tidak gampang. Saya dulu sudah mulai dibentuk seperti itu.”
Dituding Permainan Setan
Baca Juga:Imlekan Nonton Wayang Potehi di Klenteng Tri Dharma Hong Tik Hian Surabaya
Didaulat sebagai sesepuh kesenian barongsai, Sandi saat ini membina 9 kelompok (club) kesenian barongsai dalam wadah Bhinneka Nusantara. Wadah ini beranggotakan club independen dengan bendera masing-masing yang tersebar di wilayah eks Karesidenan Kedu dan Yogyakarta.
Tugas Sandi salah satunya membuat barongsai untuk kebutuhan anggota Bhinneka Nusantara. Hampir tiap tahun, masing-masing club membuat barongsai baru.
Pertunjukkan yang atraktif menyebabkan barongsai rusak setiap kali selesai dipakai. Tidak hanya membuat barongsai, Sandi yang berdarah Hokkian juga aktif melatih para pemain muda agar ada regenerasi.
Saat ditemui di rumahnya di Jalan Daha No 36, Kemirirejo, Kota Magelang, Sandi sedang mengecat barongsai berukuran kecil. Barongsai berbahan karton itu dibuat untuk anak-anak.
Di perkumpulan Bhinneka Nusantara, anggota usia anak juga kebagian jatah tampil dalam pertunjukan barongsai.
Baca Juga:Koleksi Busana Warna Khas Imlek di Uniqlo, Bikin Tahun Baru Terasa Hangat dan Spesial
“Sebelum show pemain dewasa, anak-anak kecil saya beri kesempatan tampil diawal. Gerakannya lucu karena tidak pakai pakem. Tapi anak-anak ya seperti itu. Mereka senang.”