Di bagian lain, Ahmad Khoirudin mengatakan, Indonesia memiliki bonus demografi, pengguna smartphone yang besar dan sungguh kaya oleh potensi kultural. Namun sayangya, ekonomi kreatif (ekraf) belum dioptimalkan sepenuhnya. Padahal di negara seperti Korea Selatan, ekraf menjadi penyumbang ekonomi terbesar bagi negara melalui musik dan ekspt K-pop.
Di era metaverse, ekraf memegang peranan penting, karena di sana ada industri dan ekosistem permainan (game) lokal memiliki potensi besar untuk berkontribusi dalam ekonomi kreatif Tanah Air. Jika Pemerintah tak memanfaatkan potensi yang dimiliki, maka saat masuk ke dunia metaverse hanya menjadi target market saja.
''Dunia game metaverse itu platform basic-nya ekonomi kreatif. Di sana perputaran uang dan asetnya sangat besar. Dengan modal bonus demografi dan kekayaan kultural, negeri kita berpotensi menjadi pasar metaverse. Tapi kalau tak bisa memanfaatkan, kita hanya menjadi target market saja,'' kata Adin Hysteria, demikian panggilan akrabnya.
Dalam perspektifnya, Adin banyak menyoroti tantangan metaverse untuk tumbuhnya ekraf di Tanah Air. Menurutnya, metaverse yang digagas perusahaan teknologi media sosial yang didirikan oleh Mark Zuckerberg ini menimbulkan koneksivitas orang-orang melalui komunikasi virtual yang secara nyata.
Baca Juga:Ika Mikom Undip Selenggarakan Webinar 'Membangun Ekosistem Digital di Dunia Metaverse'
''Di era metaverse, sudah ada jual beli tanah digital dengan harga 2,4 juta dolar. Ternyata banyak yang berminat. Tapi di dunia spekulatif, semuanya bisa terjadi. Investasi di metaverse seperti permainan yang menarik dan menantang,'' katanya.
Metaverse, kata dia, juga bukan soal urusan cuan. Namun dia mengingatkan dunia maya juga menjadi alat berbahaya. Karena adanya connecting people ini, dimanfaatkan sebagai alat pengarah hasrat, misalnya produk yang disukai, bahkan kecenderungan politiknya.
''Di sini potensi konflik tinggi, potensi toleransinya juga tinggi. Sejak awal, memang Zuckerberg memang tujuan positif, tapi juga ada pemain yang memanfaatkan era metaverse untuk kejahatan,'' katanya.
Webinar yang dibuka pembawa acara Sinta Pramucitra berlangsung gayeng dan menarik karena ada doorprize yang dibagikan bagi peserta aktif.
Ketua Ika Mikom Undip sekaligus Ketua Panitia Webinar Heni Indrayani menjelaskan, webinar ini digelar sebagai ajang silaturahmi alumni Mikom Undip yang tersebar di dalam negeri dan mancanegara. Selain itu webinar ini sebagai transfer pengetahuan bersama, terutama isu metaverse yang sedang hangat dibicarakan.
Ketua Prodi Magister Ilmu Komunikasi Undip Yanuar Luqman mengapreasi kegiatan ini yang bisa menambah pengetahuan dan cakrawala pandang bagi peserta dan praktisi komunikasi tentang peluang dan tantangan dunia metaverse.
Baca Juga:Aplikasi Nagari Digital Masjid, Jembatan Amal Menuju Akhirat