Totok berencana kembali menghidupkan langgar kuno warisan keluarganya. Dia rindu suasana langgar yang dipakai warga untuk sibuk beribadah.
“Nanti kalau ada rejeki mau saya fungsikan yang bawah sekalian. Kasihan orang-orang tua kalau harus naik-turun tangga,” kata Totok.
Selain aspek fungsi tempat ibadah yang dibutuhkan warga sekitar, langgar kuno ini menjadi saksi sejarah berkembangnya Islam di Desa Ngrajek.
Keberadaan langgar di kawasan pusat peribadatan Hindu-Budha masa lampau, menunjukkan betapa toleransi hidup dan tumbuh di tengah hubungan sosial masyarakat Jawa.
Baca Juga:Tunggu Aturan Pusat, Kulon Progo Masih Batasi Kapasitas Tempat Ibadah 50 Persen
Kontributor : Angga Haksoro Ardi