Mitigasi Banjir Purworejo, Desa Krandegan Minta Pemerintah Bangun Tanggul Sungai

Desa Krandegan, Kecamatan Bayan, menjadi salah satu daerah langganan banjir di Kabupaten Purworejo. Desa ini sering mendapat limpahan air dari kawasan yang lebih tinggi

Budi Arista Romadhoni
Jum'at, 03 Juni 2022 | 13:04 WIB
Mitigasi Banjir Purworejo, Desa Krandegan Minta Pemerintah Bangun Tanggul Sungai
Desa Krandegan di Kecamatan Bayan, Kabupaten Purworejo dilanda banjir pada Rabu (1/6/2022). [Dok. BPBD Kabupaten Purworejo]

SuaraJawaTengah.id - Wilayah Jawa Tengah diprediksi rawan bencana hidrometerologi selama beberapa waktu kedepan. Beberapa daerah menjadi langganan banjir hampir setiap tahun.

Desa Krandegan, Kecamatan Bayan, menjadi salah satu daerah langganan banjir di Kabupaten Purworejo. Desa ini sering mendapat limpahan air dari kawasan yang lebih tinggi.

“Kebetulan ada 2 sungai yang melewati desa kami, jadi sering banjir. Sungai Jali dan Dulang,” kata Kades Krandegan, Dwinanto kepada SuaraJawaTengah.id.

Akibat hujan semalaman pada Selasa (31/5/2022), keesokan harinya Desa Krandegan terendam banjir. Banjir mulai masuk ke rumah-rumah warga pada Rabu (1/6/2022) sekira pukul 03.30 WIB.

Baca Juga:BRIN: Banjir Rob Ekstrem di Semarang Dipicu Angin Kencang di Laut

Banjir merendam sekitar 450 rumah di Desa Krandegan. Menyebabkan 600 kepala keluarga di 11 rukun tetangga (RT) menjadi korban terdampak banjir.

Beberapa warga mengungsi ke rumah tetangga yang masih aman. Sebagian lagi bertahan di rumah masing-masing dengan kondisi penuh keterbatasan.

Menurut Kades Krandegan, Dwinanto, banjir terjadi akibat meluapnya Sungai Dulang. Lokasi Krandegan diapit 2 sungai besar, Jali di barat dan Dulang di sisi utara hingga timur.           

Banjir kemarin disebabkan meluapnya Sugai Dulang yang naik hingga meluber ke permukiman warga. Lokasi masuknya air berada di bantaran sungai di luar wilayah Desa Krandegan.

Kata Dwinanto, bantaran sungai yang berada di wilayah Desa Krandegan hampir semuanya sudah ditanggul. Air meluap di wilayah desa yang ditanggul seperti Desa Tanjungrejo, Dewi, Botodaleman, Botorejo, dan Sambeng.

Baca Juga:Waspadai Kombinasi Banjir, Longsor dan Suhu Panas di Sisa 2022

“Di atas Desa Krandegan ada desa-desa yang bantaran sungainya belum ditanggul semua. Air masuk lewat daerah-daerah itu,” kata Dwinanto.

Celakanya, posisi Krandegan lebih rendah dibanding desa-desa tersebut. “Air masuk dari desa atas bukan dari desa kami. Cuma limpahan air ke desa kami karena lebih rendah.”

Meski air saat ini sudah surut di Desa Krandegan, Dwinanto berharap ada langkah nyata mencegah terulangnya banjir di kemudian hari.

Dia berharap pemerintah mengalokasikan anggaran untuk membangun tanggul di desa-desa tersebut. Tanpa tanggul sungai, Desa Krandegan bakal seterusnya menjadi daerah langganan banjir.

“Sungai ini masuk kewenangan di pusat mungkin ada program di sekitar kami mulai normalisasi sungai sampai pembuatan tanggul.”

Pusat Riset dan Atmosfer pada Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memprediksi potensi banjir, longsor dan peningkatan suhu ekstrem akan terjadi bersamaan di tahun 2022.  

Anomali iklim global berupa La Nina, Indian Ocean Dipole (IOD) negatif serta Pacific Decal Oscillation (PDO) negatif menyebabkan peningkata suhu di selatan Indonesia.

Dampaknya peningkatan curah hujan selama musim kemarau, sehingga memicu banjir dan longsor. Umumnya anomali cuaca ini disebut kemarau basah.

Puncak kemarau basah diprediksi terjadi pada bulan Agustus 2022. Suhu yang naik akibat kemarau disertai peningkatan intensitas IOD negatif akan meningkatkan curah hujan ekstrem.

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) merekomendasikan pemerintah menyiapkan langkah mitigasi bencana hidrometerologi untuk menghadapi fenomena alam tersebut.

Kontributor : Angga Haksoro Ardi

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini