Masyarakat dan Pelaku Usaha di Kota Semarang Ramai-ramai Keluhkan Wacana Kenaikan Harga BBM

Masyarakat berbondong-bondong datang ke SPBU untuk mengisi BBM bersubsidi sebelum terjadi kenaikan harga.

Ronald Seger Prabowo
Rabu, 31 Agustus 2022 | 19:25 WIB
Masyarakat dan Pelaku Usaha di Kota Semarang Ramai-ramai Keluhkan Wacana Kenaikan Harga BBM
Antrean kendaraan di SPBU yang ada di Jalan Dr Wahidin Kota Semarang, Rabu (31/8/2022). [Suara.com/Anin Kartika]

SuaraJawaTengah.id - Warga Kota Semarang berharap cemas menanggapi wacana kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).

Pasalnya, beredar kabar harga BBM akan naik pada 1 September. Hal itu memicu antrean panjang di beberapa SPBU.

Masyarakat berbondong-bondong datang ke SPBU untuk mengisi BBM bersubsidi sebelum terjadi kenaikan harga.

Beberapa orang rela mengantre cukup lama untuk mengisi penuh tangki kendaraan mereka. Joko Santoso (36) warga Kecamatan Gajahy Kota Semarang, satu di antaranya.

Baca Juga:Tunggu Kepastian Kenaikan BBM, Pedagang Pasar Rejowinangun Curhat: Semua Harga Pasti Naik

Ia ikut mengantre di SPBU di sekitar Gajahmungkur lantaran mendengar harga BBM naik malam ini.

Menurutnya jika pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi, akan sangat berimbas ke masyarakat bawah.

"Kami semakin tercekik kalau benar harga BBM naik malam ini," terangnya usai mengantre BBM, Rabu (31/08/22).

Dilanjutkanya wacana menaikkan harga BBM tidak tepat tengah kondisi perekonomian yang tak menentu.

"Masyarakat masih berjuang bangkit dari dampak pandemi, baru melangkah BBM sudah dinaikkan. Pastinya memberatkan," tuturnya.

Baca Juga:Bansos BBM Bersubsidi, Ibarat Semua Orang Digebuki, Sebagian Dikasih Permen

Secara tegas ia mengatakan pemerintah juga memaksa masyarakat untuk membeli BBM non subsidi.

"Kenyataan seperti itu, ada pembatasan lah, pakai aplikasi lah, sampai stok pertalite kosong di beberapa SPBU. Apa namanya kalau tidak pemaksaan," terangnya.

Tak hanya Joko, Bambang (51) pengemudi angkot yang tengah menunggu penumpang di Jalan Jenderal Sudirman Kota Semarang, juga mengeluhkan adanya wacana kenaikan harga BBM.

"Penumpang angkot bisa dihitung jari, kadang tidak ada yang naik. Kalau BBM naik, kami pengemudi angkot kalang kabut pastinya," terangnya.

Bahkan Bambang berujar, jika harga BBM naik, ia berencana akan gantung setir.

"Semakin nelangsa kami ini, lebih baik nganggur di rumah atau jadi pedagang ketimbang sengsara dengan melambungnya harga BBM," tuturnya.

Hingga Rabu (31/8/2022) sore, harga BBM di sejumlah SPBU belum berubah, di mana pertalite Rp 7.650, pertamax Rp 12.500 perliternya.

PT Pertamina juga belum memberikan pengumuman resmi terkait kenaikan harga BBM.

Menurut Brasto Galih Nugroho Unit Manager Communication, Relations, and Corporate Social Responsibility (CSR) Pertamina Pemasaran Regional Jawa Bagian Tengah, Pertamina akan mengikuti kebijakan dari pemerintah pusat.

"Harga BBM subsidi dan penugasan merupakan kewenangan pemerintah pusat. Pertamina masih menunggu keputusan tersebut," jelasnya.

Kenaikan harga BBM sebenarnya sudah dilakukan oleh pemerintah pusat di beberapa wilayah termasuk di Jawa Tengah beberapa waktu lalu.

Namun kenaikan harga diterapkan pada BBM non subsidi seperti pertamax turbo, pertamax, dexlite dan pertamina dex.

Kenaikan harga tersebut diumumkan pada 3 Agustus 2022 lalu, dengan kenaikan harga Rp 1 ribu hingga Rp 2 ribu lebih perliternya.

Hal itu membuat harga pertamax turbo di Jawa Tengah menjadi Rp 17.800, dexlite Rp 17.800, pertamina dex Rp 18.900, serta pertamax Rp 12.500 perliternya.

Kenaikan harga BBM tersebut tak hanya berdampak pada masyarakat dan pelaku usaha transportasi, imbas kenaikan BBM juga akan dirasakan oleh pelaku UMKM kuliner.

Pasalnya, harga BBM akan mempengaruhi harga bahan pangan lantaran biaya pengiriman lebih tinggi.

"Enam bulan terakhir saja harga bahan pangan naik drastis, dan roti buatan saya terpaksa ganti harga. Kalau ditambah naiknya BBM pasti harga bahan pangan tambah mahal," kata Dyah Retnaji pengusaha roti di Tlogosari Kota Semarang.

Karena kenaikan harga bahan pangan, roti tart berukuran 18 sentimeter buatnya pun terpaksa ia bandrol Rp 375 ribu.

"Sebelumnya Rp 350 ribu, saya hanya menaikkan harga sedikit karena sepi pembeli dan untungnya ngepres. Entah kalau harga BBM naik seperti apa dunia usaha nanti," tambahnya.

Kontributor : Aninda Putri Kartika

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini