SuaraJawaTengah.id - Legenda bulu tangkis Indonesia, Susi Susanti secara blak-blakan mengungkapkan atlet berprestasi zaman dulu hanya diapresiasi dengan ucapan terima kasih saja.
Hal itu terungkap lewat podcast yang tayang di kanal youtube TS Media belum lama ini.
Dalam obrolan podcast itu menampilkan host Luna Maya dan narasumber legenda bulu tangkis Susi Susanti dan Alan Budi Kusuma.
Mereka mengobrol panjang lebar dan terdapat satu hal menarik yakni soal atlet berprestasi. Jika zaman sekarang atlet berprestasi khususnya badminton diguyur bonus miliaran.
Baca Juga:Sukses! Indonesia Jadi Juara Umum Para Tenis Meja di ASEAN Para Games 2022
Susi Susanti menuturkan jika di zamannya atlet berprestasi hanya diapresiasi dengan ucapan terima kasih saja.
"Kalau dulu berapa sih mbak (apresiasi dari pemerintah)," tanya Luna Maya.
"Kalau dulu ucapan terima kasih hehe," jawab Susi Susanti.
"Masa ya Allah beneran?," tutur Luna Maya terkejut.
Susi Susanti kembali menegaskan bahwa atlet berprestasi di zamannya tidak menerima bonus berupa uang seperti zaman sekarang.
Baca Juga:6 Atlet Pacaran dengan Artis, Ghea Youbi Selalu Nonton saat Gian Zola Bertanding
"Iya zaman dulu cuman dapat piagam dan ucapan terima kasih," tegas Susi Susanti.
Alan Budikusuma juga mengiyakan apa yang diucapkan istrinya. Ia juga mengatakan atlet zaman dulu biasa diberi bonus berupa uang dari teman-teman terdekatnya.
"Kita tuh dulu dapat bonus dari teman mbak atau dari klub kita sendiri. Bukan dari pemerintah," tutur Alan Budikusuma.
Tambahan informasi Susi Susanti tergolong salah satu atlet hebat pada zamanya. Tercatat ia pernah memenangkan medali emas tunggal putri di Olimpiade Musim Panas 1992 di Barcelona, Spanyol dan medali perunggu di Olimpiade Musim Panas 1996 di Atlanta, Amerika Serikat.
Sedangkan prestasi suaminya Alan Budikusuma tak kalah mengangumkan. Tercatat dia pernah menjuarai Belanda Terbuka (1989), dua kali juara Thailand Terbuka, yaitu pada 1989 dan 1991, Cina Terbuka (1991), Jerman Terbuka (1992), Piala Dunia (1993), dan Malaysia Terbuka (1995).
Kontributor : Fitroh Nurikhsan