Jelang Ramadan, Legislatif Ingatkan Pemprov Jateng Soal Melambungnya Harga Pangan

Wakil Ketua DPRD Jateng, Heri Pudyatmoko mengingatkan pemerintah provinsi untuk mengantisipasi gejolak harga kebutuhan pokok jelang Ramadan dan Lebaran 2023.

Budi Arista Romadhoni
Jum'at, 10 Maret 2023 | 07:54 WIB
Jelang Ramadan, Legislatif Ingatkan Pemprov Jateng Soal Melambungnya Harga Pangan
Wakil Ketua DPRD Jateng, Heri Pudyatmoko. [Dok Istimewa]

SuaraJawaTengah.id - Wakil Ketua DPRD Jateng, Heri Pudyatmoko mengingatkan pemerintah provinsi untuk mengantisipasi gejolak harga kebutuhan pokok jelang Ramadan dan Lebaran 2023.

Dikarenakan sejumlah barang pokok diketahui secara konsisten mengalami lonjakan pada satu bulan sebelum umat muslim melakukan ibadah puasa.

"Kenaikan harga bahan pokok kerap menjadi isu yang perlu diantisipasi menjelang hari besar keagamaan, termasuk Bulan Suci Ramadan. Kenaikan harga ini dapat terjadi karena adanya peningkatan permintaan di masyarakat," kata Politisi Partai Gerindra ini dikutip dari keterangan tertulis pada Jumat (10/3/2023).

Dikatakan, saat ini sejumlah harga komoditas diketahui naik, di antaranya beras medium Rp 11.700, beras premium Rp 13.500 per kilogram, minyak goreng curah Rp 14.700 per liter, MinyaKita Rp 15.200 per liter, dan bawang merah Rp 41.500 per kilogram.

Baca Juga:Dianggarkan Rp437 Miliar, Ada 50 Persen Jalan di Jateng Alami Rusak Sedang Jelang Lebaran

"Perlu upaya atau langkah untuk menjaga stabilitas harga dan ketersediaan pasokan bahan pangan jelang Ramadan dan Lebaran, salah satunya dengan pemantauan secara rutin dan kalau dibutuhkan perlu ada operasi pasar. Atau upaya lain, dengan mendatangkan bahan pokok dari daerah lain yang memiliki stok lebih," katanya.

Dikatakan, fenomena kenaikan harga jelang Ramadan ini bersifat sementara dan berulang tiap tahunnya. Jadi sangat mungkin diantisipasi. "Untuk itu, jajaran pemerintah terkait kami minta berperan aktif untuk melakukan pemantauan harga, dan masyarakat diimbau untuk tidak panic buying," tegasnya.

Sebagai informasi, Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Tengah mencatat inflasi yang terjadi di provinsi ini pada Februari 2023 mencapai 0,29 persen. Inflasi dipicu oleh kenaikan harga di seluruh indeks kelompok pengeluaran.

Di antaranya kelompok makanan, minuman, dan tembakau memberi kontribusi terbesar inflasi mencapai 0,73 persen. Adapun sejumlah komoditas yang memicu terjadinya inflasi antara lain kenaikan harga beras, rokok, serta bawang merah, dan bawang putih.

Lima Isu Disorot Ganjar

Baca Juga:Ganjar Pranowo Berikan Bantuan PLTS Rooftop untuk Ponpes Darul Falah Jekulo

Sementara jelang Ramadan dan Idul Fitri 1444 Hijriah, Gubernur Ganjar Pranowo mengumpulkan seluruh sektor pemangku kepentingan terkait pangan di Jawa Tengah, Rabu (8/3/2023). Inflasi hingga pergerakan pemudik jadi perhatian Ganjar.

Setidaknya ada lima isu yang disoroti Ganjar dalam acara yang digelar di Hotel Gumaya, Semarang itu. Yaitu terkait status PPKM yang sudah dicabut, potensi pergerakan pemudik, cuti bersama, cuaca ekstrem, dan persediaan pangan. Untuk cuaca ekstrem dikhawatirkan akan mengganggu produktivitas pertanian tanaman pangan di Jawa Tengah.

"Ini momentum yang mesti kita perhatikan. Kaitannya dengan kebutuhan masyarakat sekaligus pengendalian inflasi," kata Ganjar usai acara.

Ganjar mengatakan, inflasi masih membayangi jelang Ramadan dan Idul Fitri 1444 H. Terutama terkait harga beras di Jateng yang masih di angka Rp 11.270 per kilogramnya dari Harga Acuan Pembelian yang ditetapkan Bapanas yakni Rp 9.450,-.

"Beras kan panen raya udah berjalan dan harganya mulai turun, tapi jangan sampai petani rugi maka Bulog kami minta untuk stand-by," tegasnya.

Ganjar telah meminta agar Bulog terus siaga memantau kondisi harga Gabah Kering Panen di petani. Jika nantinya harganya terus menurun dari HAP, Ganjar menyebut itulah saat Bulog mengintervensi.

Koordinasi pada pagi hari itu, Ganjar juga meminta seluruh BUMD di Jawa Tengah untuk turut serta dalam persiapan menghadapi situasi di jelang Ramadan dan Idul Fitri. Kendala yang dihadapi saat ini adalah sulitnya mengetahui pergerakan beras dari hasil panen raya. BUMD juga dimintanya untuk mendata produktivitas lahan yang ada, serta potensi yang rawan terganggu saat cuaca ekstrem.

"BUMD wabil khusus yang urusan pangan coba semua berkoordinasi untuk ngecek stoknya ada berapa, harganya seperti apa, kamu ngambil dari mana, kamu jualnya ke mana," katanya.

Berikutnya adalah kesiapan menghadapi pergerakan pemudik. Ganjar mengatakan, tahun 2023 diprediksikan terjadi kenaikan jumlah pemudik mencapai 13,38 persen atau sekitar 12 juta pemudik melintas Jawa Tengah.

"Saya mintakan untuk semua siaga sampai dengan lebaran nanti membuat simulasi agar bisa mengelola arus mudik yang diperkirakan sampai 12 juta yang akan masuk ke Jawa Tengah. Jadi ini persiapan-persiapan yang harus saya kira, jauh lebih dini akan lebih baik," tandasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini