Kampung Sekayu Series 3: Jejak Nh. Dini dan Kepeduliannya Terhadap Anak-anak

Kota Semarang pernah melahirkan sastrawan terkemuka Nurhayati Sri Hardini Siti Nukatin alias Nh. Dini. Pada zamannya Nh. Dini suka menceritakan kondisi kampung Sekayu

Budi Arista Romadhoni
Selasa, 14 November 2023 | 08:32 WIB
Kampung Sekayu Series 3: Jejak Nh. Dini dan Kepeduliannya Terhadap Anak-anak
Penampakkan rumah masa kecil sastrawan Nh. Dini dari depan di Kampung Sekayu, Semarang Tengah. Jumat (10/11/2023) [Suara.com/Ikhsan]

SuaraJawaTengah.id - Kota Semarang pernah melahirkan sastrawan terkemuka Nurhayati Sri Hardini Siti Nukatin alias Nh. Dini. Pada zamannya Nh. Dini suka menceritakan kondisi kampung Sekayu melalui sebuah novel.

Kampung Sekayu bagi Nh. Dini bukan sekedar tempat tinggal. Tapi tempat mengasah imajinasi untuk melahirkan banyak novel seperti Sebuah Lorong di Kotaku (1978), Padang Ilalang di Belakang Rumah (1979), Sekayu (1981), dan Tirai Menurun (1997), Pada sebuah Kapal (1972) dan Namaku Hiroko (1977).

Karya-karya karangan Nh. Dini nggak hanya dikenal di tanah air saja bahkan mendunia. Seluruh novel maupun cerpen Nh. Dini sudah diterjemahkan ke berbagai bahasa seperti Inggris, Prancis dan Jepang.

Jejak Nh. Dini yang tersisa dan masih bisa kita lihat yakni di rumah masa kecilnya di Kampung Sekayu nomor 348 Kecamatan Semarang Tengah. Jarak rumahnya tidak terlalu jauh dengan balai pertemuan RW setempat.

Baca Juga:Wow! Pemkot Semarang Siapkan Anggaran Khusus untuk Bhabinsa-Bhabinkamtibmas, Demi Meningkatkan Keamanan

Rumah yang masih mempertahankan konsep lawas itu kini ditinggali oleh kerabat Nh. Dini Oeti Siti Adiat dan kakak perempuannya. Rumah itu jadi satu-satu jejak Nh. Dini selain karya-karyanya.

"Rumah (Nh. Dini) ini hanya ditinggali dua orang, saya dan kakak," ucap Oeti Siti Adiati pada Suara.com belum lama ini.

Perempuan yang akrab disapa Oeti itu memaparkan bahwa yang ditulis Nh. Dini benar-benar menggambarkan kondisi Kota Semarang di masa lalu. Khususnya di Kampung Sekayu yang dulu masih berupa kebun kosong dan dipenuhi ilalang.

Kurang lebih 50 tahun setelah karya-karya Nh. Dini terbit. Kampung Sekayu sekarang sudah banyak berubah. Sekayu bukan lagi kebun kosong, Sekayu sekarang sudah disesaki gedung-gedung bertingkat.

"Sebelum ada gedung-gedung tinggi seperti sekarang. Belakang rumah ini dulu kebun kosong yang tak terawat. Ada kandang bebek, Dini sering memberi makan bebek-bebek itu," ungkap Oeti.

Baca Juga:Kampung Bustaman Series 3, Profesi Warga Tak Hanya Berjualan Gulai dan Kambing, Tapi Ada yang Jualan...

Menurut Oeti, Nh. Dini tidak meninggalkan apa-apa untuk keluarga. Mesin TIK, buku atau barang-barang yang dimiliki Nh. Dini diwariskan ke anak angkatnya. Padahal Oeti berharap segala peninggalan Nh. Dini menyatu kembali dengan rumah masa kecilnya.

"Kalau ingat barang-barang atau peninggalan Dini saya suka sedih. Kami keluarga tidak punya satu pun barang. Bukan maksud material, tapi untuk kenangan," papar Oeti.

"Bahkan buku-bukunya Dini, kami tak bisa miliki satu pun," tambahnya.

Nh. Dini Dimata Warga

Novelis NH Dini [ANTARA/Teresia May]
Novelis NH Dini [ANTARA/Teresia May]

Salah satu warga Sekayu Risman atau akrab disapa Mbah Ris mengaku semasa kecil punya kenangan banyak bersama Nh. Dini. Lelaki yang kini berusia 72 tahun itu hanya terpaut 10 tahun umurnya dengan Nh. Dini.

Mbah Ris mengenang Nh. Dini merupakan sosok yang merakyat. Dia suka bergaul dengan siapa saja tanpa membeda-bedakan jenis gender.

Nh. Dini juga peduli dengan pendidikan anak-anak Kampung Sekayu. Mbah Ris memanggil Nh. Dini dulu dengan sebutan "Kakak Pembimbing".

"Kalau sama anak-anak kecil itu dekat banget. Mungkin karena gampang dibina ya. Nh. Dini sering mengarahkan kepada kami hal-hal positif untuk mengenal budaya-budaya Indonesia seperti Jawa tradisinya apa, Padang, Sumatera, Kalimantan, dan daerah-daerah lainnya," ucap Mbah Ris.

Dalam ingatannya, banyak sastrawan-santrawan ternama tanah air termasuk WS. Rendra yang sering main ke kediaman Nh. Dini. Namun Mbah Ris nggak tau apa yang sering mereka bicarakan.

"Nh. Dini tuh tipikal orang yang suka ketenangan dan sunyi. Dia mencari ilham dan menulis sekitar jam 10 malam ke atas," bebernya.

Warga lainnya, Agung lebih banyak ketemu dengan Nh. Dini justru saat dirinya bekerja di Ungaran. Kebetulan kantor dan tempat tinggal Nh. Dini cukup berdekatan.

"Orang ramah suka nyapa, dulu sering ketemunya di alun-alun kalau sore-sore dia kulineran disana," paparnya.

Achmad Arief selaku orang yang dituakan di Kampung Sekayu bahkan dititipkan pesan khusus oleh Nh. Dini agar Kampung Sekayu jangan sampai hilang. Mengingat letak Sekayu sangat strategis dan berada diposisi "Segitiga Emas" Kota Semarang.

"Dia lahir dan sampai bikin tulisan tentang Sekayu aja di Prancis. Mungkin ada ikatan emosional yang kuat antara Nh. Dini dengan Kampung Sekayu. Seperti NKRI walaupun sejengkal harus dipertahankan," tandas lelaki yang akrab Arief tersebut.

Kontributor : Ikhsan

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini