Astana Oetara: Acara Tahunan Peringatan Kenaikan Tahta Mangkunegara VI, Sosok Visioner yang Ugal-Ugalan

Peringatan atas kenaikan tahta KGPAA Mangkunegara VI telah dilaksanakan setiap tahun. Pada tahun ini, peringatan tersebut akan dilaksanakan pada Sabtu (18/11/2023)

Budi Arista Romadhoni
Sabtu, 18 November 2023 | 08:44 WIB
Astana Oetara: Acara Tahunan Peringatan Kenaikan Tahta Mangkunegara VI, Sosok Visioner yang Ugal-Ugalan
Astana Oetara adalah salah satu cagar budaya Kota Surakarta. [Dok Pemkot Solo]

Bukan hanya urusan keuangan, Mangkunegara VI juga membawa perubahan mendasar dalam urusan fashion, aturan tata krama, gaya hidup di keraton, hingga multikulturalisme dan kebebasan beragama.

Perubahan dan Pembaharuan Masa Pemerintahan Mangkunegara VI

Dalam hal fashion atau penampilan, Mangkunegara VI mempelopori potongan rambut pendek dengan memotong rambutnya sendiri. Dari situ, ia mewajibkan semua pejabat serta kawula untuk tidak memelihara rambut panjang bagi laki-laki.

Sementara itu, tata krama dan gaya hidup di keraton pun turut berubah. Sembah sungkem yang semula dilakukan berkali-kali, dipangkasnya cukup hanya dengan tiga kali saja. Bahkan, ia juga memutus ikatan dengan kasunanan yang mewajibkan Mangkunegara harus menghadap setiap kali persidangan.

Baca Juga:Wawancara Eksklusif Pak Bhabin Polsek Kesugihan: Tak Gugup Meski Dipercaya Jadi Kusir Kereta Kencana Kaesang-Erina

Karena itu, Mangkunegara menjadi otonom, bahkan menjadi pesaing yang semakin serius dalam memperebutkan hegemoni kebudayaan di Jawa.

Tak sampai di situ, sistem pertemuan dengan duduk di lantai, pada masa pemerintahannya diubah dengan sistem duduk di kursi. Hal ini juga merupakan gebrakan baru dari Mangkunegara VI. Ia juga yang memberi izin bagi kerabat pura untuk memeluk agama Kristen.

Semua itu bermuara ketika Mangkunegara VI memilih untuk turun takhta untuk selanjutnya mendukung pergerakan nasionalisme dan pindah ke Surabaya.

Pada periode tersebut, Surabaya lebih progresif untuk melanjutkan konsep ketatanegaraan yang lebih luas, yang tidak mungkin diterapkan dalam kadipaten.

Kontributor : Dinnatul Lailiyah

Baca Juga:Beda dengan Gibran Maupun Kahiyang, Presiden Jokowi Ungkap Alasan Pernikahan Kaesang Pangarep Digelar di Mangkunegaran

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini