Warung Kelontong Madura di Semarang: Buka 24 Jam, Berani Pepet Raksasa Minimarket

Perantau dari Madura ternyata nggak hanya menjajakan sate ayam maupun bubur kacang hijau. Mereka juga melebarkan sayap bisnis dengan membuka warung kelontong

Budi Arista Romadhoni
Selasa, 21 November 2023 | 18:44 WIB
Warung Kelontong Madura di Semarang: Buka 24 Jam, Berani Pepet Raksasa Minimarket
Potret warung kelontong Madura di Jalan Anjasmoro Raya yang lokasinya berdekatan dengan minimarket modern. Selasa (21/11/2023) [Suara.com/Ikhsan]

SuaraJawaTengah.id - Perantau dari Madura ternyata nggak hanya menjajakan sate ayam maupun bubur kacang hijau. Mereka juga melebarkan sayap bisnis dengan membuka warung kelontong.

Beberapa waktu lalu warung kelontong Madura sempat hits di sosial media setelah diviralkan oleh Habib Jafar. Keunikkan warung ini diantaranya barang-barangnya tersusun rapih dan nggak pernah tutup sampai hari kiamat.

Menjelang sore hari, dari kejauhan saya melihat dua gadis berboncengan berhenti di depan warung kelontong Madura "Syifa 1". Nggak ada lima menit dua gadis itu menenteng sebuah kantong plastik hitam dan hendak kembali menaikki motor.

"Habis belanja apa mbak?," tanya saya.

Baca Juga:Dituduh Diving Saat Lawan Madura United, Taisei Marukawa Mencak-mencak: Please VAR In Indonesia!

"Cemilan ciki-cikian mas," balas seorang perempuan bernama Fitrah pada Suara.com, Selasa (21/11/2023).

Saya lantas melontarkan pertanyaan berikutnya mengapa mereka memilih berbelanja di warung kelontong Madura. Padahal sepanjang jalan Anjasmoro Raya Kelurahan Karangayu, Kecamatan Semarang Barat itu banyak minimarket modern seperti Alfamart maupun Indomaret.

"Saya senang jajanan yang digantung-gantung harga Rp1.000an. Di kelontong Madura kan belinya bisa eceran," imbuh perempuan berkaca mata.

Fitrah juga mengaku ada beberapa produk yang dijual di warung kelontong Madura harganya sedikit lebih murah dibanding Alfamart maupun Indomaret. Tapi dia enggan menyebut secara spesifik produk mana yang lebih murah tersebut.

"Udah dulu ya mas, ini lagi buru-buru," sahut Fitrah sembari menyalakkan motor matic lalu bergegas meninggalkan warung kelontong tersebut.

Baca Juga:Madura United FC Diliburkan Usai Tragedi Kanjuruhan yang Menewaskan 131 Orang

Selepas itu, saya kemudian masuk untuk mengulik sejarah terkait kiprah warung kelontong Madura di berbagai daerah termasuk Kota Semarang. Sayangnya, penjaga warung yang baru sebulan bekerja di warung kelontong Madura Syifa 1 tidak tau banyak.

Perempuan yang masih berusia belasan tahun ini menuturkan pemilik warung tersebut kebetulan sedang pulang kampung ke Madura. Dia juga baru pertama kali menjadi penjaga warung tersebut.

"Saya tidak tau apa-apa mas, hanya disuruh jaga aja. Bapaknya (pemilik warung) lagi pulang kampung," kata penjaga warung tersebut.

Tak Takut Bersaing

Di sepanjang jalan Asjasmoro Raya itu memang ada dua warung kelontong Madura. Namun kedua warung itu tidak banyak memberikan saya informasi. Saya lalu memacu kendaraan roda dua menuju Jalan Tentara Pelajar.

Berdasarkan informasi yang saya dapatkan disana ada warung madura lainnya. Sesampainya di lokasi, sekilas warung itu nggak memakai embel-embel nama "Madura". Warung ini hanya bertuliskan Toko Sembako Mulya Aji Jaya.

Tapi warung ini sebenarnya mudah ditebak kalau pemiliknya orang Madura. Penataan barang-barang dirak yang rapih sekaligus ada tulisan buka 24 jam mempertegas kalau pemilik warung tersebut adalah orang Madura.

Meski tidak tau sejak kapan orang-orang Madura mendirikan warung kelontong. Sahid mengaku sudah bertahun-tahun menjadi penjaga warung kelontong Madura.

"Tujuh tahun lalu yang masih ikut bapak yang punya warung Madura di Jakarta. Kalau di Semarang ini baru beberapa bulan ikut saudara," kata seorang penjaga warung Sahid.

Selain buka 24 jam dan penataan yang rapih. Perbedaan warung kelontong Madura sama warung sembako milik warga lokal adanya pom bensin mini.

Walaupun di samping kanan-kirinya dikepung dan berdekatan dengan Indomaret maupun Alfamart. Sahid sama sekali tidak merasa cemas tidak ada pembeli.

"Malam sama pagi kita ramai. Misal jam 2 malam masih ada orang yang beli rokok dan bensin. Paginya kalau ibu-ibu habis belanja ke pasar, kurangnya beli disini," papar lelaki 23 tahun tersebut.

Sahid menjelaskan kebanyakkan yang menjadi penjaga warung kelontong Madura masih punya ikatan keluarga dengan pemilik. Hal itu karena orang-orang Madura belum terlalu percaya kalau warungnya dijaga oleh orang lain.

Disinggung terkait laba bersih, warung milik saudaranya ini rata-rata dalam sebulan bisa dapat Rp4 jutaan. Sedangkan warung milik ayahnya di Jakarta bisa meraup untung diatas Rp5 jutaan.

"Yang bikin warung kelontong ini bertahan karena orang Madura rajin-rajin buka 24 jam. Toko sembako lain mana ada, minimarket juga hanya sedikit yang berani buka 24 jam," pungkasnya.

Kontributor : Ikhsan

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini