SuaraJawaTengah.id - Beberapa waktu lalu Litbang Kompas merilis hasil survei terkait elektabilitas capres dan juga partai peserta pemilu 2024.
Secara mengejutkan elektabilitas Partai Gerindra mengalami lonjakan yang signifikan bahkan menyalip PDI Perjuangan yang sebelumnya bertahan di peringkat pertama.
Merespon hal itu Direktur Eksekutif Indo Barometer M Qodari menyebut bahwa fenomena itu tak lepas dari faktor ketokohan.
Ia mengingatkan bahwa pola itu sebetulnya sudah ada sejak lama.
Baca Juga:Survei ASI: Belum Ada Kekuatan Capres dan Cawapres yang Dominan di Pulau Jawa
Lihat saja bagaimana kala Partai Demokrat yang di tahun 2004 merupakan partai baru mampu mencuri perhatian bahkan sukses mengantarkan Susilo Bambang Yudhoyono menjadi presiden.
"Masyarakat memilih partai itu faktor terbesar karena faktor ketokohan. Contohnya bisa dilihat bagaimana Partai Demokrat 2004 sebagai partai baru mampu mengantarkan SBY jadi presiden kemudian 2009 mereka menang pemilu. Kalau ada yang menganggap rekayasa itu ngga ngerti ilmu behavior ngga ngerti survei,"ungkapnya seperti dikutip dari channel YouTube Panangian Simanungkalit, Senin (18/12/2023).
Lebih lanjut, Qodari menyentil soal pihak-pihak yang marah ketika partai pimpinan SBY kala itu menang pemilu.
"Yang marah dengan kemenangan Partai Demokrat tahun 2009 itu lupa bahwa tahun 1999 itu menang karena faktor yang sama karena apa karena bu Mega saat itu populer. Itu yang disebut efek ekor jas. Orang milih partai karena suka tokohnya," katanya.
Berkait dengan elektabilitas Partai Gerindra yang saat ini tengah menanjak itu juga tak beda dengan kisah Bu Mega dan SBY.
Faktor Prabowo lah yang menuntun Partai Gerindra dan juga partai pengusungnya mengalami tren positif berdasar survei Litbang Kompas.
"Nah partai gerindra ini variable besar yang membuat tren partainya naik karena Prabowo Subianto. Nah Prabowo saat sekarang nomor satu ya tren partainya ikut naik," terangnya.
Qodari menyebut bila tren ini bertahan bukan tidak mungkin potensi PDI Perjuangan untuk meraih target hattrick sebagai pemenang Pemilu akan terputus.
"Bila tren ini bertahan hingga nanti di 2024 maka ada potensi PDI Perjuangan gagal hattrick," prediksinya.
Diketahui berdasar hasil survei Litbang Kompas pada 29 November hingga 4 Desember 2023, terhadap 1.364 responden di 38 provinsi menempatkan partai Gerindra sebagai pemuncak dengan elektabilitas sebesar 21,9 persen.
Raihan itu naik 3 persen dibanding survei pada Agustus 2023 lalu.
Prosentase itu menggeser posisi PDI Perjuangan yang sebelumnya berada di peringkat pertama. Partai berlambang banteng itu merosot ke peringkat kedua dengan elektabilitas sebesar 18,3 persen.