"Bukan soal bekas dan tidak bekas, tapi usia pakai, kemudaan. Jadi pesawat umpamanya pesawat Mirage 2000-5 dari Qatar yang rencananya kita ingin akuisisi, itu usia pakainya masih 15 tahun dan teknologi ini mengarah kepada yang lebih canggih. Kita menunjukkan yang canggih, yang terbaru," ucap Prabowo.
Dari perspektif global, Amerika Serikat, sebagai pemimpin dunia dalam produksi peralatan pertahanan, memerlukan waktu sekitar 29 bulan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri mereka terkait alutsista.
Sering kali, hanya peralatan pertahanan bekas yang diperbolehkan untuk dijual ke negara lain, kecuali ada kondisi khusus yang memungkinkan. Akibatnya, banyak negara penerima impor alutsista seringkali hanya dapat memperoleh peralatan pertahanan yang telah digunakan tetapi masih dalam kondisi operasional.
Dalam konteks anggaran, Bonifasius Endo Gauh Perdana, Dosen Asisten Ahli Hubungan Internasional dan Hubungan Ekonomi Politik Internasional di Universitas Tidar, mengatakan klaim Prabowo sebagian benar.
Namun, klaim bahwa 50 persen alutsista bekas masih berusia muda tidak bisa diverifikasi. Debat mengenai pengadaan alutsista ini mencerminkan dilema yang dihadapi pemerintah dalam menyeimbangkan antara kebutuhan pertahanan yang mendesak dengan pertimbangan keuangan dan operasional.
Prabowo berusaha menegaskan pentingnya mempertahankan dan memperkuat pertahanan negara dengan alutsista yang efektif, meskipun bekas, sementara para kritikus menekankan pentingnya penggunaan dana yang lebih bertanggung jawab dan strategis.