Awalnya, 2 tahun dia kerja sebagai PMI di Singapura, kembali ke Indonesia. Dia sempat mendapat KDRT dari suaminya, bercerai dan memutuskan kembali jadi PMI. Tujuannya kali ini Hong Kong.
Berangkat dengan batin yang gundah, Lis menemukan hal baru di media sosial YouTube dan Facebook. Dia bercerita sering melihat postingan-postingan kehancuran akibat konflik di mana korbannya juga anak-anak.
Dia terus mengikuti informasi itu hingga diarahkan gabung ke grup FB yang belakangan diketahui membernya berisi simpatisan ISIS.
“Saya terus menyimak (konten-konten),” sambungnya.
Dia join dengan nama Al Fatih. Di grup itu ada seseorang bernama Arif yang intens berkomunikasi dengannya. Dorongan ingin ikut menyelamatkan anak-anak korban konflik agar nantinya bisa masuk Surga setelah meninggal dunia, membuatnya terpesona dengan Arif.
Baca Juga:Dibawa dari Lampung, Polda Jateng Gagalkan Peredaran 52 Kg Sabu-sabu di Sragen
Sebab Arif, selalu menawarkan dan bercerita tentang bahan peledak dan senjata. Dia makin terpesona dengan Arif, hingga nantinya berniat pulang ke Indonesia dan akan membangun rumah tangga barunya dengan pujaan hati yang dikenalnya di media sosial itu.
Perjalanannya, Lis mentransfer sejumlah uang ke Arif. Selain untuk membeli senjata dan bahan peledak, juga beberapa kebutuhan pribadi Arif seperti membeli ponsel dicukupi Lis. Puluhan juta rupiah sudah ditransfer.
“Saya mau beli senjata, pingin punya skill. Kalau nggak nanti bisa mati konyol. Saya seorang TKW di Hong Kong. Menurutku, aku sudah ketemu jalannya. Saya tekad, saya cari cadar di Hong Kong bahkan di sana harganya mahal tak beli lah. Arif itu orangnya lembut, nggak pernah sekalipun ngomong kasar. Saya paling suka sama Arif karena itu,” bebernya.
Ternyata semua rencananya gagal. Arif ditangkap Densus 88/Antiteror di Kalimantan Barat sebab bergabung ISIS di media sosial, merencanakan aksi teror. Lis tak lama setelah pulang ke Indonesia juga ikut diciduk Densus 88.
Sempat ditahan di Rutan Polda Metro Jaya, Lis akhirnya bebas dari LPP Semarang. Dia menemukan pertobatan di sana, bertekad untuk memperbaiki masa lalunya. Hidup tenang di Kabupaten Kendal.
“Saya waktu bebas dari LPP Semarang tak menyangka (bisa bebas), saya langsung sujud syukur,” ungkapnya.
Baca Juga:Suhu Udara di Jawa Tengah Memanas, Ternyata Ini Penyebabnya
Warga Negara Indonesia (WNI), termasuk PMI yang terpapar medsos dan ingin bergabung kelompok radikal teror di Suriah mencapai ratusan.