Data Kementerian Luar Negeri Indonesia, ada 430 WNI yang dideportasi dari Turki karena akan bergabung kelompok radikal teror di Suriah antara tahun 2015 – 2017. Institute for Policy Analysis of Conflict (IPAC) mencatat pada periode yang sama, sekira 43 WNI di Hong Kong terpapar paham radikal teror.
Chapter selanjutnya bercerita tentang PMI asal Malang, Jawa Timur. Dia sudah purna jadi PMI di Singapura. Namanya Masyitoh, sapaannya Mosquito. Keberangkatannya ke luar negeri karena awalnya sang ibu yang akan berangkat. Dia berpikir, jika ibunya yang berangkat, kasih sayang ibu kepada saudara-saudaranya siapa yang menggantikan.
Tekad kuat mengubah nasib membuatnya semangat bekerja di sana. Tak hanya cari uang, Masyitoh juga melanjutkan pendidikan Paket C dan mengambil Diploma. Dia mengikuti berbagai kursus, belajar bahasa Inggris, hingga belajar berjualan melalui media sosial. Semua yang dijalani mengubah nasibnya.
“Di sana itu semua tersedia, mau belajar bahasa Cina, bahasa Inggris, memasak, membuat roti (di Singapura) tinggal kita sendiri maunya gimana. Kan kita nggak akan selamanya kerja ikut orang,” kata Masyitoh.
Baca Juga:Dibawa dari Lampung, Polda Jateng Gagalkan Peredaran 52 Kg Sabu-sabu di Sragen
Sementara, Sutradara Film Pilihan, Ridho Dwi Ristiyanto, mengatakan film itu mengikuti perjalanan Ani Ema Susanti dari mantan PMI yang alih profesi jadi sutradara film yang mencoba memahami fenomena radikal teror di media sosial di kalangan PMI.
"Melalui sudut pandang perjumpaan Ani dengan Listyowati, Masyitoh, film ini menggali kompleksitas kehidupan migran dan dampak media sosial,” tandas Ridho.