SuaraJawaTengah.id - Ernando Ari Sutaryadi adalah sosok punggawa Timnas Indonesia U-23 yang berperan vital atas keberhasilan lolos ke semi final Piala Asia U-23 2024. Kiper Persebaya Surabaya itu layak diberi apresiasi atas performa impresifnya.
Sebelumnya, skuat garuda muda mampu mengkandaskan perlawan Korea Selatan lewat adu penalti dengan skor 11-10 di Stadion Abdullah bin Khalifa, Doha Qatar, Jumat (26/4/2024) dini hari WIB. Kedua tim sebelumnya bermain imbang 2-2 selama 120 menit.
Ernando Ari bisa dibilang pahlawan karena mampu mengukir sejarah di Piala Asia U-23. Lelaki berusia 22 tahun semakin matang dan seolah telah belajar dari kegagalan adu penalti ketika final Piala AFF U-23 bulan Agustus 2023 silam.
Meski usianya relatif masih muda, lelaki kelahiran Kota Semarang itu selalu jadi pilihan utama di posisi penjaga gawang baik di timnas senior maupun kelompok umur.
Baca Juga:Jelang Laga Indonesia vs Vietnam, Bos PSIS Semarang Doakan Timnas Menang
Nama Ernado Ari mulai dikenal publik sepak bola setelah membawa Timnas Indonesia U-16 menjuarai Piala AFF U-16 pada tahun 2018. Di ajang itu, Nando sapaan akrabnya bahkan jadi pilihan utama di skuat asuhan Fakhri Husaini.
Di balik karier sepak bola yang cemerlang dan mampu menggeser kiper-kiper senior di Timnas Indonesia. Ada didikan disiplin "ala militer" yang diterapkan oleh ayahnya.
Ibu Nando, Erna Yuli Lestari mengatakan sejak kecil Nando sudah didorong jadi pesepak bola. Ayahnya almarhum Babak Sutarno yang dulu bekas pemain bola turut membimbing putranya.
"Orang tua selalu dukung, ayahnya malah bikin peraturan ala militer dalam mendidik Nando," kata Erna saat ditemui Suara.com, Jumat (26/4/24) di Kota Semarang.
Kemudian Erna membeberkan masa-masa sewaktu Nando dididik secara keras oleh ayahnya. Dia tidak boleh melewatkan waktu untuk berlatih di Sekolah Sepak Bola (SSB).
Baca Juga:Wahyu Prast dan Adi Satryo dapat Panggilan Timnas Indonesia untuk Kualifikasi Piala Dunia
"Habis pulang sekolah (formal) Nando dijemput ayahnya buat latihan di SSB Tugu Muda. Habis itu diantar ke tempat kursus dan terakhir Nando harus ngaji," imbuhnya.
Jadi ayahnya memperhatikan sangat detail urusan pendidikan Nando baik formal maupun non formal.
Untuk urusan karir, Erna tak pernah ikut campur menentukan klub mana yang akan dibela. Perempuan berusia 57 tahun itu bahkan nggak keberatan semisalnya anaknya memilih karir di luar kota maupun mancanegera.
"Anaknya mau kemana, saya sih ngikut aja. Saya membebaskan pilihannya. Masalah kaya gitu kan urusan kemantapan hati dia," tandasnya.
Kontributor : Ikhsan