Ojek pangkalan tidak keberatan ada warga yang ikut mencari uang memanfaatkan momen Waisak. "Iya nggak apa-apa kalau lagi hari keramaian begini. Teko bisa hadir semua. Nggak khusus pangkalan."
Pada hari-hari biasa, ojek yang mangkal di Taman Rekreasi Mendut dilengkapi kartu anggota. "Kalau mangkal kan harus ada kartu anggota," ujar Sukarjo.
Leo Kristy (62 tahun) pemimpin rombongan umat Buddha dari Tangerang, Banten, mengaku terbantu oleh ojek yang mengantar ke Candi Mendut.
![Ojek Taman Rekreasi Mendut mengantarkan umat Buddha yang akan mengikuti prosesi Waisak di Candi Mendut. [Suara.com/ Angga Haksoro Ardi]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2024/05/23/99521-ojek-waisak.jpg)
Leo membawa sekitar 100 orang warga Buddha yang hendak menjalankan ibadah Waisak di Candi Borobudur. Karena terlambat hadir, bus rombongannya tertahan di sekitar tugu Soekarno-Hatta.
"Kalau menurut saya sangat membantu orang yang kepepet begini. Karena kami datang terlambat ya sangat membantu," ujar Leo.
Menurut Leo, tarif ojek yang ditawarkan juga masih masuk akal. Pengojek tidak memanfaatkan momen sehingga menetapkan tarif yang relatif murah.
"Antara Rp10.000 sampai Rp15.000. Itu sih relatif menurut saya. Biasa saja. Nggak terlalu mahal. Buat kami malah sangat membantu."
Leo beserta rombongan berangkat dari Tangerang tanggal 21 Mei 2024. Rombongan sempat menginap satu malam di Yogyakarta.
Sebagian besar peserta rombongan adalah umat Buddha yang ingin mengikuti prosesi Waisak di Candi Borobudur.
Baca Juga:Merawat Simbol Spiritual Candi Borobudur, Payung Raksasa Hiasi Perayaan Waisak
"Mau ikut prosesi Waisak. Mungkin ada 10 persen umat di luar Buddha yang ikut. Orang Kristiani atau apa. Mereka ingin ikut memeriahkan Waisak."