3. Pernikahan dan Konflik Kesaktian
Sunan Muria menikah dengan Dewi Sujinah, putri dari Sunan Ngudung (Raden Usman Haji), yang merupakan ayah dari Sunan Kudus. Dari pernikahan ini, ia dikaruniai seorang putra bernama Pangen Santri atau Sunan Ngadilangu.
Menurut beberapa kisah, Sunan Muria juga mempersunting Dewi Roroyono, putri dari Sunan Ngerang, seorang ulama terkenal di Juwana yang memiliki ilmu kesaktian tinggi. Kecantikan Dewi Roroyono sempat menimbulkan pertumpahan darah.
Adik seperguruannya, Kapa, yang juga jatuh hati pada Dewi Roroyono, menculiknya dan berusaha mengalahkan Sunan Muria dengan ilmu kesaktiannya. Namun, justru Kapa yang terkena serangan balik dan akhirnya tewas.
Baca Juga:Jurang Asmara hingga Taman Nyamuk di Kota Semarang: Spot Favorit Mahasiswa UIN Walisongo Berkencan
4. Karomah dan Ritual Guyang Cekathak
Sunan Muria dikenal memiliki beberapa karomah atau keistimewaan, salah satunya adalah pelana kuda yang hingga kini masih digunakan dalam ritual Guyang Cekathak.
Ritual ini dilakukan saat terjadi kekeringan dengan cara memandikan pelana kuda dari kompleks Masjid Muria hingga ke mata air Sendang Rejoso. Air dari pelana tersebut dipercikkan ke warga sebagai bagian dari doa meminta hujan.
5. Dakwah Hingga ke Pelosok
Sunan Muria tidak hanya berdakwah di sekitar Gunung Muria, tetapi juga memperluas ajarannya ke daerah Tayu, Kudus, dan Juwana. D
Baca Juga:Resmi! Rektor UIN Walisongo Terbukti Plagiasi, Anggota Senat Akademik: Sudah Dilaporkan
alam dakwahnya, ia tidak hanya mengajarkan Islam, tetapi juga memberikan pelatihan keterampilan bercocok tanam, melaut, dan berdagang kepada masyarakat. Inilah yang membuatnya sangat dicintai oleh wong cilik.