Jelajah Rasa: 5 Warung Legendaris Jawa Tengah, dari Hik Klaten hingga Bakso Wonogiri

Jelajahi 5 warung makan legendaris di Jawa Tengah, dari asal-usul Angkringan Klaten, filosofi Warteg, hingga jejak perantau di Bakso Wonogiri. Simak keistimewaan kuliner

Budi Arista Romadhoni
Senin, 22 September 2025 | 11:01 WIB
Jelajah Rasa: 5 Warung Legendaris Jawa Tengah, dari Hik Klaten hingga Bakso Wonogiri
Ilustrasi warung makan tegal atau Warteg. [Dok Suara.com]
Baca 10 detik
  • Angkringan atau Hik berasal dari Klaten, dirintis oleh Eyang Karso sebagai tempat makan sosial malam hari.
  • Warteg dari Tegal menawarkan puluhan lauk di etalase kaca, mengusung konsep kesetaraan dan harga murah.
  • Nasi Rames berarti lauknya "ora mesti" atau tak selalu sama, memberikan kebebasan memilih menu rumahan.

Warteg juga mengusung filosofi kesetaraan, yang tercermin dari bangku panjang tempat semua orang dari berbagai status sosial bisa duduk makan bersama. Dengan harga terjangkau dan porsi mengenyangkan, Warteg menjadi penyelamat perut kaum urban.

3. Warung Nasi Rames: Fleksibilitas Rasa Rumahan

Nasi Rames Demangan (Instagram: erwan662)
Nasi Rames Demangan (Instagram: erwan662)

Nasi Rames adalah cerminan masakan rumahan Jawa Tengah dalam satu piring.[10] Namanya konon berasal dari akronim bahasa Jawa "ora mesti" yang berarti "tidak selalu sama" atau "tidak pasti".

Ini merujuk pada lauk-pauk pendamping nasi yang selalu berubah-ubah setiap harinya, tergantung pada bahan yang tersedia dan kreativitas si juru masak.

Baca Juga:Mengenal Jalur Tengkorak di Jawa Tengah: Deretan Cerita Mistis dan Tragedi Maut Legendaris

Keistimewaan nasi rames terletak pada fleksibilitasnya. Pembeli bebas memadukan aneka sayur dan lauk sesuai selera, mulai dari oseng tempe, sayur lodeh, sambal goreng, hingga telur balado.

Sensasi memilih lauk sendiri memberikan pengalaman unik, seolah sedang makan di rumah sendiri dengan pilihan hidangan yang melimpah.

4. Warung Soto: Jejak Akulturasi dalam Semangkuk Kuah

Soto salah satu kuliner enak di Boyolali. (Instagram)
Soto salah satu kuliner enak di Boyolali. (Instagram)

Soto merupakan salah satu kuliner berkuah paling populer yang memiliki akar sejarah akulturasi budaya Tionghoa.

Sejarawan menyebut kata "soto" berasal dari "cau do" atau "jao to" dalam dialek Hokkian, yang berarti jeroan berempah.

Baca Juga:Fantastis! NjajanFest 2.0 Catatkan Omzet Rp1 Miliar Lebih dan Diserbu 24 Ribu Pengunjung

Hidangan ini pertama kali populer di kota-kota pesisir utara Jawa Tengah seperti Semarang, Pekalongan, dan Kudus pada abad ke-19.

Keistimewaan soto di Jawa Tengah adalah keragamannya. Ada Soto Kudus yang disajikan dalam mangkuk kecil dengan suwiran ayam dan tauge.

Ada pula Soto Semarang atau dikenal Soto Bangkong yang kuahnya bening sedikit kecoklatan karena sentuhan kecap.

Setiap daerah memiliki racikan bumbu khas yang membuat semangkuk soto menjadi representasi cita rasa lokal yang kaya.

5. Warung Bakso dan Mie Ayam: Identitas Kaum Boro Wonogiri

Bakso Seuseupan [Ist]
Ilustrasi Bakso [Ist]

Jika berbicara tentang bakso dan mie ayam gerobakan, nama Wonogiri, Jawa Tengah, pasti tak bisa dilepaskan. Fenomena ini bermula dari tradisi merantau atau "boro" warganya untuk mencari kehidupan yang lebih baik di kota besar.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini

Tampilkan lebih banyak