- Nasi Megono dan Lopis Krapyak Pekalongan resmi jadi Warisan Budaya Takbenda (WBTb) Nasional.
- Keunikan Nasi Megono Pekalongan terletak pada bumbu rahasia kecombrang yang membuatnya lebih khas.
- Status WBTb ini membuka peluang ekonomi dan pemasaran bagi kuliner khas Kota Batik secara luas.
SuaraJawaTengah.id - Kabar gembira bagi pecinta kuliner Indonesia. Dua hidangan ikonik dari Kota Pekalongan, Jawa Tengah, yaitu Nasi Megono dan Lopis Krapyak, akhirnya berhasil naik kelas setelah resmi ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) nasional oleh Kementerian Kebudayaan (Kemenbud).
Penetapan ini bukan diraih dalam semalam. Butuh perjuangan panjang dan perbaikan proposal hingga akhirnya kuliner kebanggaan warga Kota Batik ini mendapat pengakuan tertinggi di tingkat nasional.
Kepala Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda, dan Olahraga (Disparbudpora) Kota Pekalongan, Sabaryo Pramono, mengungkapkan bahwa proses pengajuan ini sempat menemui jalan buntu pada tahun sebelumnya.
"Prosesnya sudah dimulai sejak 2023. Saat itu belum lolos karena ada kekurangan pada kajian ilmiah, tetapi setelah dilengkapi pada 2024 dan diajukan kembali pada 8 Oktober 2025, dua usulan kami mendapat pengakuan secara nasional," kata Sabaryo dikutip dari ANTARA di Pekalongan, Selasa (14/10/2025).
Baca Juga:Mencegah Balon Liar, Pemkot Pekalongan Gelar Festival Balon Tambat Lebih Meriah, Ini Jadwalnya
Lantas, apa yang membuat Nasi Megono Pekalongan begitu istimewa hingga layak menyandang status WBTb?
Jawabannya terletak pada satu bumbu rahasia yang menjadi pembeda utama dari megono di daerah tetangga.
Sabaryo membeberkan, meski Kabupaten Pekalongan dan Batang memiliki hidangan serupa, Nasi Megono versi Kota Pekalongan memiliki cita rasa yang lebih tajam dan aromatik berkat penggunaan bumbu kunci.
"Akan tetapi dari hasil kajian, kami punya keunggulan pada bumbunya karena menggunakan tambahan kecombrang. Itu membuat cita rasa Megono Kota Pekalongan lebih khas dan nikmat," tegasnya.
Penetapan status WBTb tidak hanya didasarkan pada rasa, tetapi juga pada ekosistem pelestariannya. Salah satu syarat utama adalah keberadaan maestro atau pelestari yang menjaga orisinalitas budaya tersebut.
Baca Juga:Sepekan Longsor di Pekalongan, 1 Orang Belum Ditemukan
Dalam hal ini, Pemkot Pekalongan menunjuk pemilik Rumah Makan Mas Duki sebagai salah satu maestro yang terus bersinergi dalam melestarikan Megono.
Bahkan, inovasi pun lahir dari upaya pelestarian ini. Untuk menjawab tantangan zaman dan memperluas jangkauan pasar, telah diciptakan Megono Kaleng yang lebih awet.
"Kalau Megono asli biasanya cuma tahan dari pagi sampai sore. Akan tetapi, Megono Kaleng ini bisa dibawa bepergian dan tetap tahan lama, ini bagian dari inovasi pelestarian," jelas Sabaryo.
Pengakuan sebagai Warisan Budaya Takbenda ini diyakini bukan sekadar sertifikat kebanggaan. Lebih dari itu, status ini menjadi amunisi baru untuk mendongkrak sektor pariwisata dan ekonomi kreatif masyarakat Pekalongan.
"Pengakuan ini menjadi modal besar untuk mengembangkan dan memasarkan kuliner khas kita. Sekarang Lopis Krapyak pun tidak hanya bisa dinikmati saat Syawalan, tetapi sudah banyak dijual di daerah ini," katanya.